Lihat ke Halaman Asli

Al-Qur'an Saku untuk Laila

Diperbarui: 27 Februari 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi

Namaku adalah Rahmat, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sarjono dan Rima. Adikku masih duduk di kelas 8 SMP, Alfian namanya. Tahun ini aku baru tamat SMA dan aku bertekad untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Nasib baik menghampiri kala aku diterima masuk di salah satu kampus terkemuka di Surabaya. "Alhamdulillah, satu tangga mampu kulewati", ucapku dengan tertawa seraya memeluk Ibu menandakan bahwa aku sangat senang.

Tiba hari yang ditunggu-tunggu yaitu awal masuk kuliah. Seperti pada umumnya rutinitas ospek harus dijalani mahasiswa baru sepertiku. Rutinitas yang bagiku sangat membosankan tapi mau tak mau aku harus menjalaninya jua. Untung teman-teman baruku di kampus sangatlah baik membuat aku tak terlalu terbebani dengan rutinitas ospek ini. Hingga tak terasa ospekpun selesai dan perkuliahan dimulai.

Semasa perkuliahan tak seperti dengan apa yang kupikirkan selama ini. Ku pikir kuliah itu enak seperti di FTV. Tapi kenyataannya justru berbanding 180 derajat. Kuliah dibebani dengan banyak tugas. Mau makan pun harus diatur menyesuaikan uang saku ku. Jika asal membeli makan, bisa-bisa akhir bulan mati kelaparan. Rutinitas yang ternyata sangat membosankan tak seperti yang aku bayangkan.

Suatu hari ketika aku sedang duduk di taman kampus, lewatlah seorang gadis. Ia tersenyum kepadaku dan aku pun membalas senyumannya. Padahal saat itu kami belum saling kenal. Sejak saat itu aku bertanya-tanya dalam hati sebenarnya apa arti senyuman itu. Aku berusaha mencari tahu tentangnya, tentang sosok yang bagiku memiliki senyuman yang manis.

Keesokan harinya aku pergi ke perpustakaan kampus. Aku tak menyangka jika ia juga berada disana. Kami bertemu dan lagi-lagi ia tersenyum kepadaku. Aku benar-benar merasa ingin tahu siapa dia. Setelah beberapa jam dan sebelum keluar, kuberanikan diri untuk menghampirinya.

"Hai nona siapa namamu ?"... Ucapku antusias

"Namaku Laila", jawabnya dengan nada lembut yang membuatku semakin terpesona

"Sedang apa disini ?"... Aku menanyakan yang sebenarnya tak perlu aku tanyakan tetapi aku tidak tahu harus berkata apa selain pertanyaan yang ada dipikiranku

"Kamu sendiri sedang apa ?", ia malah balik bertanya kepadaku

"Ya cuma baca buku aja sih", jawabku

Pembicaraan kami berlanjut dan ia mulai bertanya tentang aku. Aku pun merasa kalau ia sangat asyik dalam berbagi cerita. Disitulah awal kedekatan kami hingga tak terasa sudah satu tahun. Hubungan kami ternyata menjadi lebih signifikan dan mengarah kepada keseriusan. Semakin lama hubungan kami semakin hangat, sebab rasa kedewasaan yang semakin hari semakin tumbuh dan berkembang. Bagaikan kelopak bunga yang tidak mau gugur ketika mekar. Hampir setiap waktu kami saling mengevaluasi tentang hari-hari yang telah kami lewati. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline