Memiliki siswa dengan kemampuan menyampaikan ide/gagasan secara tertulis tidak mudah. Untuk menumbuhkannya diperlukan layanan, arahan, bimbingan dan pembinaan berkesinambungan dan terus menerus yang dilakukan oleh guru di sekolah.
Layanan tersebut dikemas dalam kegiatan kurikuler, intrakurikuler, maupun ekstrakurikuler. Saat pembelajaran dilaksanakan di kelas siswa bisa digali potensi menulis dengan diberi kesempatan untuk menyampaikan ide/gagasan melalui mengarang cerita.
Kegiatan lainnya dengan pembiasaan rutin yang dilakukan dimana siswa mendapat kesempatan untuk kegiatan literasi selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Kegiatan sederhana dengan membaca sebuah cerita, menuliskan ide pokok atau hal menarik dari cerita kemudian menuliskan serta mengkomunikasikan kembali bacaan yang sudah disimak tersebut di hadapan teman-temannya menjadi aktivitas pembinaan.
Secara perlahan tetapi pasti jika dilakukan secara konsisten akan memberi dampak pada kemampuan berkomunikasi tertulis siswa. Bisa juga melalui kegiatan ekstrakurikuler dimana sekolah membentuk sebuah wadah/komunitas yang diisi oleh siswa yang memiliki keinginan untuk berkumpul berbagi ide serta karya.
Siswa yang memiliki hobi menulis tersebut dikumpulkan dalam komunitas menulis siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pembinaan yang terprogram dengan arahan dari guru sehingga siswa mendapat kesempatan lebih banyak untuk menyampaikan ide secara tertulis.
Layanan kepada siswa tersebut menjadi jembatan untuk memunculkan potensi menulis. Hal ini dikarenakan saat berkomunikasi secara tertulis diperlukan sebuah keterampilan berbahasa tulisan yang dilatihkan melalui pembiasaan.
Ada beberapa prasyarat yang menjadi faktor penunjang siswa mampu mencurahkan ide/pesan/gagasan secara tertulis, yakni:
1. Kemampuan menyimak yang baik.
2. Memiliki pembendaharaan kata yang memadai sehingga siswa memiliki kemampuan memilih diksi yang tepat untuk menggambarkan sebuah kondisi tertentu.
3. Kemampuan membuat kalimat yang runtut.