Sebelum anggrek mekar. Bolehkah kupandang sampai jauh ke dasar hatimu yang paling dalam? Aku ingin mengambil separuh kata yang dulu dititipkan. Kini saatnya engkau kembalikan sebelum badai datang. Karena di cakrawala sudah tampak kilat bertebaran.
Sebelum angrek membuka kelopak wajahmu. Sebelum semakin meranum warnamu menjadi semakin ungu. Bisakah aku lukiskan sebuah hiasan yang aku siapkan dengan garis dan lengkung sedikit beraroma merah? Seperti dua kata yang dironce pada saputangan.
Sebelum aku kau anggap hama tanaman. Sedikit julid aku akan menjelma menjadi kumbang dengan ajian abrakadabra. Leluasa aku akan datang, mengusap dan memilin hatimu. Sampai tiba waktu kau mekar sepenuhnya. Karena kau berhasil mengubahku menjadi kumbang hitam. Setelah kau lambaikan tangan selamat tinggal.
Dengan ontel aku datang. Berteman sekeresek berlian dan sepuluh gepokan uang berwarna merah yang akan aku sedekahkan. Hanya minta sedikit anggukan. Kau bersikeras menepiskan malah beralih ke lain pelukan. Aku tercampakan hanya karena tak bersedan. Aku salah meracik kasih tak sepadan.
Bandung Barat, 03-11-020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H