Lihat ke Halaman Asli

ADE IMAM JULIPAR

AutoCAD Trainer

Belajar dari "Little House on The Prairie"

Diperbarui: 21 September 2018   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. kyteacher.org

Oleh: Ade Imam Julipar

20-09-18

Seminggu yang lalu di sabtu malam, saya melihat sebuah film dengan gambar yang kental sekali kejadulannya di TVRI. Saya tidak sengaja menontonnya. Ketika menekan remote control untuk mencari-cari chanel di televisi, pandangan terhenti ditayangan film itu.  Film yang membangkitkan kembali kenangan masa kecil . Mungkin usia saya ketika itu sekitar sepuluh tahunan.

Film itu berjudul: Little House on the Prairie. Film yang berkisah tentang sebuah keluarga yang tinggal di daerah pertanian di Walnut Grove, Minnesota. Seting nya di abad 19-an.

Mungkin beberapa dari kita masih ingat dimana ketika asyik-asyiknya bermain kelereng di minggu siang, ketika film itu mulai main di layar televisi yang masih hitam putih, kita segera menghentikan dulu permainan kelerengnya, bergegas untuk duduk di paling depan televisi.

Walaupun ketika itu  tidak tahu jalan ceritanya, tetapi  tetap menonton film itu sampai selesai. Episode demi episode di minggu siang. Kita hanya menikmati pemandangan di film dan tingkah para pemainnya tanpa mengerti apa yang sebetulnya terjadi. Dan itu sah-sah saja. Karena tingkat pemahaman  belum sampai kesana. Apalagi dialognya dalam Inggris. Dan bahasa Inggris belum lagi menjadi sesuatu yang dikuasai.

Setelah 30 tahun lebih waktu berlalu, kini film itu menghiasi kembali layar kaca di ruang tengah. Di stasiun televisi yang sama: TVRI. Menyeret kenangan masa kecil ke rimba kekinian. Memang kenangan sering muncul tak terduga. Juga kenangan  atas Little House on the Prairie.

Dengan tingkat pemahaman seperti sekarang, saya coba memahami ulang cerita di film itu. Kebetulan yang tayang minggu lalu itu episode pertama. Dan saya dapati sebuah kisah yang menakjubkan di film itu. Cerita di episode pertama itu mengisahkan bagaimana Charles Ingalls, seorang suami sekaligus seorang ayah dari tiga orang anak perempuan, bekerja tak kenal lelah untuk rumah mungil yang dia bangun sebagai tempat  tinggal sekeluarga. Bekerja siang dan malam.  

Ini pesan pertama yang sampai pada tempurung kepala saya. Rasa tanggungjawab sebagai seorang suami dan ayah dari anak-anak saya seperti tercubit. Sudah kah saya seperti Charles Ingalls? Dengan sukacita, walaupun lelah, dia tetap menjalankan fungsi kepala keluarga dengan baik.

Kemudian di bagian lain episode itu diceritakan Charles Ingalls jatuh dari pohon ketika dia hendak mengambil layang-layang. Dokter pun menganjurkan dia harus istirahat sekitar satu mingguan untuk memulihkan kondisinya. Disinilah konflik cerita terbangun dalam episode awal ini. Charles Ingalls akhirnya harus istirahat, tetapi dia sudah terikat perjanjian dengan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya mengangkut karung gandum ke gudang. 

Dalam perjanjian itu disebutkan,  jika Charles Ingalls tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang telah disepakati bersama, maka dua lembu gemuk miliknya akan berpindah tangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline