Lihat ke Halaman Asli

ADE IMAM JULIPAR

AutoCAD Trainer

"Jamban Kami Sudah Tiada"

Diperbarui: 28 Desember 2017   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

banjarmasin.tribunnews.com | IBRAHIM ASHABIRIN

Di kampung asal saya, mungkin hampir sama dengan kampung lain yang ada di Indonesia, beberapa dari kami masih ada yang BAB (Buang Air Besar) di jamban pinggir kali. Deretan jamban pun dibuat secara permanen menggunakan batu bata. Ada lima jamban jumlahnya. Dibuat secara berderet menghadap jalan kecil.

Ada sensasi tersendiri jika buang hajat di situ. Sambil menghisap kretek kita bisa melihat pemandangan sekitar. Karena jamban itu dibuat selutut, jadi kepala dan bagian atas badan kita terlihat dan juga bisa melihat sekeliling. Jika sudah jongkok di jamban, kami terasa seperti naik perahu. Karena di bawah kami ada air kali yang mengalir. Mengalir sampai jauh. Akhirnya ke laut. Dan jika sudah 'keluar' kemudian nyemplung ke air, suaranya itu loh yang engga nahan. Ada kepuasan yang tidak bisa dilukiskan kata-kata.

Kalau kebetulan ada yang lewat di jalan kecil itu, entah kenalan kita yang mau pergi ke pasar atau pulang dari berbelanja sayur dari pasar, kadang kita memerlukan menyapa. Atau hanya untuk sekedar say hello.

Jamban ini bukan hanya sekedar untuk buang hajat. Lebih dari itu. Jamban menjadi tempat bertemunya antara tetangga dengan tetangga lain. Bukan hanya bertemu, tetapi komunikasi antar warga pun kerap terjadi. Setiap buang hajat mereka memerlukan waktu sekitar 15 menit - 25 menit.

Dengan waktu selama itu, mereka bisa ngobrol tentang: dagangan mereka di pasar, sekolah anak mereka, genteng rumah yang bocor, tentang hajatan Pa Haji minggu kemarin atau masalah pemilihan kepala desa. Bahkan tak jarang juga mereka membicarakan politik negara.

Singkatnya jamban itu bagi kami menjadi salah satu tempat untuk bersosialisasi antar warga. Warga yang tidak mempunyai WC di rumah. Warga yang notabene tidak kaya. Karena kalau kaya, atau paling tidak ada kelebihan rejeki, mungkin mereka sudah membuat WC di rumah.

Itulah gambaran jamban di tempat kami sampai tadi siang. Ya, sampai tadi siang.

Berita dari seorang kawan di kampung merontokan semua kenangan akan jamban kami. Katanya baru saja terjadi pengerukan di sepanjang pinggir kali kami. Dan jamban kami pun menjadi korban. Dibongkar habis.  Ini katanya program pemda. 

Kemudian saya mencecar pada kawan saya  dengan pertanyaan, karena dia yang ada di kampung saat ini.

" Nanti itu warga kalau BAB gimana?"

Dia pun menjawab:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline