Sebagai orang tua, kebutuhan anak merupakan prioritas. Bahkan secara filosofis, setelah kelahirannya, anak menjadi pusat "tata surya" rumah tangga itu sendiri.
Sebab, setelah kelahiran si buah hati, perhatian "planet-planet" bernama Bapak dan Ibu hanya mengorbit kepadanya: mulai dari memerhatikan urusan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan tentu saja satu hal yang cukup pelik: pendidikannya.
Mendidik anak kandung itu mudah-mudah susah. Begitu kesimpulan yang kerap saya temukan dari para orang tua.
Dalam banyak kasus, pendidikan anak di rumah oleh orang tuanya, terkesan kontraproduktif dengan ideal-ideal yang dicita-citakan bersama.
Sebagai guru, saya kerap mendengarkan keluhan dari orang tua, betapa mereka kesulitan, bahkan untuk hal-hal ringan seperti mengajak anak belajar atau berlatih.
Meski begitu, kita bisa memahami kondisi tersebut. Sebab, orang tua kerap dihadapkan dengan motif emosional ketika mendidik anak. Kasihan, tidak tega, serta segala macam kondisi subyektif yang muncul dari dorongan perasaan sayang kepada anaknya.
Saya menyebut kondisi itu sebagai "disorientasi kasih sayang": sebuah ekspresi kasih sayang yang salah tempat dan membahayakan.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut, dan supaya orang tua bisa perlahan mengatasi problem tersebut, saya coba menyusun tiga hal konseptual bagaimana mendidik anak di rumah.
1. Sesuaikan Mindset
Pertanyaan pertama yang perlu diajukan oleh orang tua kepada dirinya sendiri adalah: apa itu anak?