Tulisan ini merupakan catatan pribadiku tentang buku Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar, yang ditulis oleh Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Buku ini berisi tentang ide dan praktik manajemen kelas, bagi guru yang mengajar di jenjang sekolah dasar. Penulis buku ini menyajikan sedikitnya 10 Bab yang dapat kita kelompokkan ke dalam tema besar seperti: kelas sebagai ruang fisik, kelas sebagai ruang sosial; dan kelas dalam kaitanya dengan proses serta metode pembelajaran.
Pada bagian pertama ini, aku ingin meringkas hal-hal penting yang terdapat pada Bab 1 buku Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar ini, dengan disertai interpretasi pribadiku tentang pembahasan di dalamnya. Bab ini diberi judul "Menata Ruang Kelas Anda dan Perlengkapannya", yang berisi tentang empat kunci pengaturan ruang kelas yang baik; dan saran-saran penulis tentang bagaimana sebaiknya sebuah kelas ditata. Bab ini khusus membicarakan aspek fisik dalam pengelolaan kelas, seperti peralatan kelas, peletakannya, serta pertimbangan terhadap jalannya aktivitas pembelajaran.
Menurut Evertson dan Emmer, umumnya para guru akan lebih mudah melakukan perencanaan pengelolaan berbagai aspek lain dari ruang kelas, setelah perencanaan pengelolaan aspek fisik kelas telah ditentukan (hlm. 2). Di samping itu, bagaimana cara seorang guru men-setting kelas (misalnya menyusun pola tempat duduk, menyediakan dan menempatkan alat-alat dan sumber-sumber belajar, dsb.), menunjukkan keyakinan guru tersebut tentang makna pengajaran, makna menjadi guru, serta makna keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dikelolanya.
Sebagai contoh, dalam pengelolaan aspek fisik kelas, guru yang memiliki keyakinan bahwa hakikat pembelajaran berorientasi pada siswa sebagai pusat pembelajaran (student center), cenderung akan sedemikian rupa menempatkan dan menyusun berbagai perlengkapan yang ada di dalam kelas, sehingga pola kelas tersebut mendukung tercapainya aktivitas siswa sebagai pusat pembelajaran. Misalnya saja dengan menyediakan ruang gerak yang memadai, menempatkan sumber-sumber belajar di tempat yang mudah dijangkau, atau menyusun pola duduk siswa dalam bentuk kelompok-kelompok diskusi sehingga mendukung proses pembelajaran kooperatif.
Sedangkan, guru dengan keyakinan bahwa hakikat proses pembelajaran berorientasi pada guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center), umumnya menyusun pola duduk siswa ke arah dirinya, demi memudahkan siswa menerima materi yang disampaikan guru tersebut yang berperan sebagai pentransfer pengetahuan.
Dari sini kita bisa melihat, bahwa cara seorang guru mengelola struktur fisik kelas, dapat mencerminkan keyakinan filosofis yang dipegangnya mengenai berbagai aspek dalam pendidikan, seperti makna guru, makna murid, dan makna pembelajaran.
Empat Kunci Pengaturan Ruang
Aku pribadi menyebutnya prinsip-prinsip pengaturan fisik kelas, yaitu empat kunci utama yang disodorkan oleh Evertson dan Emmer untuk menciptakan ruang kelas sebagai lingkungan pembelajaran yang ideal bagi guru dan siswa. Jika keempat prinsip ini diabaikan, masalah-masalah yang tidak semestinya ada, dapat muncul dan menggangu proses pembelajaran di dalam kelas. Prinsip tersebut yaitu (hal. 4-5):
- jadikan wilayah berlalu lintas tinggi bebas dari kemacetan (prinsip mobilitas);
- pastikan bahwa para siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru (prinsip monitoring);
- jaga material pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan para siswa mudah digunakan (prinsip aksesibilitas siswa);
- pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat presentasi dan tampilan seisi kelas (prinsip stimulus)
Keempat prinsip di atas harus benar-benar diperhatikan oleh guru dalam mengatur perangkat-perangkat fisik kelas, entah itu meja guru, tempat duduk siswa, perpustakaan kelas, media proyektor, dsb.
Saran-Saran untuk Pengaturan Ruang Kelas yang Baik