Masa remaja adalah masa peralihan dari anak usia dini ke masa dewasa awal, dimulai sekitar usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Pada awal pubertas, tubuh berubah dengan cepat, dengan peningkatan berat dan tinggi yang tajam, perubahan bentuk tubuh, dan karakteristik seksual seperti pembesaran payudara, perkembangan pinggang dan janggut, serta suara yang berat mulai berkembang.
Dalam perkembangan ini, realisasi kemandirian dan identitas menonjol (berpikir menjadi lebih logis, abstrak dan ideal), serta lebih banyak waktu jauh dari rumah. Masa muda juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah remaja memiliki arti yang lebih luas yang meliputi kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Herlock, 1992).
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Pendidik adalah alat kontrol sosial yang ampuh. Oleh karena itu tujuan pendidik adalah mempengaruhi kesadaran peserta didik agar konsisten mengamalkan nilai-nilai yang ditekankan oleh pendidik. Tanggung jawab utama pendidik adalah mendidik generasi muda menjadi manusia yang jujur, mandiri dan bertanggung jawab.
Upaya sekolah untuk mencegah, mengobati, dan menekan kenakalan siswa sama pentingnya dengan upaya rumah untuk mendidik anak berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Semakin cepat dilakukan pencegahan dan penanggulangan kenakalan remaja, maka akan semakin parah kejadian kenakalan remaja yang dapat dicegah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Willis (2005: 133-137) bahwa sekolah dapat bekerja untuk memerangi kenakalan remaja dengan cara:
1. Guru yang mampu menjadi teladan bagi siswa.
2. Menciptakan suasana belajar yang religious.
3. Layanan BK yang intensif.
4. Tata tertib yang tegas.
5. Kerjasama seluruh elemen sekolah yang kompak.
6. Dibentuknya komisi disiplin.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan pada siswa-siswi anatara lain, sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan pergaulan sengat berpengaruh terhadap tingkah laku nakal
pada para siswa-siswi dikarenakan lemahnya pertahanan diri anak terhadap ajak-ajakan teman-teman sebayanya untuk melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri mau pun bagi lingkungannya, terjerumus dalam pergaulan bebas dan melakukan hal yang dapat merugikan
2. Faktor mutu guru juga mempengaruhi prilaku anak didik bisa menjadi nakal yang dipengaruhi kurangnya mutu guru dalam mendidik dikarenakan pada jaman sekarang ini kebanyakan guru hanya menjalankan tugasnya seagai guru bukan sebagai pendidik, kebanyakan para guru lebih sering memberikan tugas kepada peserta didik lalu tinggalkan kelas demi urusan-urusan di luar dan menyampingkan tugasnya sebagai pendidik yang seharusnya melakukan pendekatan-pedekatan terhadap anak didik agar isa menjadi generasi yang berprestasi.
3. Secara Biologis Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen; dapat juga disebabkan oleh tidak ada gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah-laku, dan anak- anak menjadi delinkuen secara potensial. Melalui pewarisan tipe-tipe kecendrungan yang luar biasa (abnormal), sehingga membuahkan tingkah-laku delinkuen.
4. Tingkah laku delinkuen anak-anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya, antara lain faktor inteligensi, ciri-ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kencendrungan psikopatologis sangat besar mempengaruhi tingkah laku anak menjadi nakal.
5. Dilihat dari faktor sosiologis juga mempengaruhi tingkah laku delinkuen pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru.
Padahal, memelihara sikap dan perilaku positif bukan hanya tanggung jawab guru dan keluarga, tetapi juga tanggung jawab semua orang. Guru selalu berusaha untuk menjaga keluarga di garis depan pendidikan, memimpin dengan keteladanan merupakan ungkapan komitmen dan pendalaman makna. dari seorang guru.
Seorang guru harus berusaha menjadikan keluarganya baik dan tidak korup agar bisa mendidik muridnya, anak muda ini untuk generasi penerus bangsa agar memiliki akhlak dan moral yang baik dan tidak korup, berusaha untuk tidak berbohong dan membiarkan muridnya jadilah anak baik jangan menjadi pembohong, jangan terjebak dalam kenakalan remaja.
Menjadi guru adalah profesi yang mulia, tidak mudah untuk dilakukan, dan memiliki status yang tinggi di masyarakat. Jika semua orang memahami sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru, mereka pasti akan membenarkan pernyataan ini. Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.