Lihat ke Halaman Asli

Ade Darmawan

Guru/Aktifis/Pegiat Sosial

Berbagi Takjil Mampu Mengasah Jiwa Kemanusiaan

Diperbarui: 3 April 2023   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Ketika memasuki bulan Ramadhan, umat Muslim di seluruh Dunia merayakan dengan suka cita, tentunya dengan tradisi dan budaya yang beragam. Di Indonesia contohnya, ada tradisi berbagi takjil. Tradisi berbagi takjil berlangsung sudah ratusan tahun lamanya.

Terhitung 3 catatan khusus mengenai sejarah Takjil di Indonesia. Ada yang menyebut bahwa di abad 19 tradisi takjil sudah dilakukan di Daerah Aceh, dengan mengkonsumsi bubur pedas, catatan lain menyebutkan bahwa Abad 15 wali Songo menyebarkan Islam dengan cara  berbagi Takjil, dan yang terakhir informasi dari Artikel berjudul Merayakan Budaya, Berpuasa Gembira dalam Suara Muhammadiyah Nomor 10 tahun 2008 yang dikutip suaramuhammadiyah.id, menyatakan bahwa tradisi takjil dilakukan di Masjid Kauman Yogyakarta pada 1950-an.

Jika zaman dahulu berbagi takjil disajikan di surau atau di langgar kampung, serta masjid-masjid kesunanan. Pada masa sekarang lazim ditemui takjil di bagikan di pinggir jalan berupa bingkisan. Pergeseran ini tentunya tidak mempengaruhi esensi dari Ramadhan itu sendiri. 

Kegiatan berbagi takjil ini tidak hanya dilakukan oleh individu saja, tapi biasanya juga di lakukan oleh komunitas, LSM, organisasi masyarakat, dan lain sebagainya. Selain menumbuhkan jiwa kemanusiaan, berbagi takjil juga dapat menunjukkan eksistensi mereka di kalangan masyarakat. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline