Lihat ke Halaman Asli

Ade Bastian

Dosen di Program Studi Informatika Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Perubahan Iklim Mengancam Pertanian, Teknologi adalah Kuncinya

Diperbarui: 9 Juni 2024   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi petani. (Sumber: PIXABAY/SASIN TIPCHAI via kompas.com)

Cuaca Semakin Tidak Menentu, Pertanian Perlu Campur Tangan Teknologi

Di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, sektor pertanian menghadapi masalah yang semakin sulit. Perubahan iklim yang semakin tidak menentu adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi petani di seluruh dunia. 

Proses pertanian konvensional telah sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Para petani harus menghadapi musim hujan yang lebih awal atau kemarau yang berkepanjangan sebagai kenyataan. 

Kondisi ini mempengaruhi bukan hanya produksi pangan tetapi juga keberlanjutan hidup para petani, yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor agraris. 

Perubahan pola iklim yang tidak menentu menyebabkan beberapa masalah yang mendesak, seperti gagal panen, serangan hama dan penyakit tanaman yang lebih sering, serta berkurangnya ketersediaan air untuk irigasi. 

Sebagian besar petani di Indonesia masih menggunakan metode pertanian konvensional yang tidak efisien untuk menghadapi perubahan iklim, yang membuat mereka sulit untuk memprediksi cuaca. Selama beberapa tahun terakhir, beberapa gagal panen terjadi di Indonesia, yang disebabkan oleh cuaca dan perubahan iklim.

Glibatree Art Designer

Gagal panen terjadi di berbagai daerah dan berdampak pada berbagai jenis tanaman.  Karena musim kemarau yang panjang pada tahun 2019, petani di beberapa wilayah Jawa Barat, seperti Cirebon dan Indramayu, mengalami kegagalan panen padi dan palawija. Kekeringan menyebabkan kurangnya pasokan air untuk irigasi, sehingga lahan pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. 

Akibatnya, petani lokal mengalami kerugian besar, dan pasokan makanan di daerah tersebut berkurang. Beberapa daerah di Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, dan Wajo, terkena banjir besar pada tahun 2021. Banjir ini menyebabkan banyak lahan pertanian terendam air, dan banyak tanaman, terutama padi, rusak dan tidak bisa dipanen. 

Ini juga mengganggu distribusi dan akses masyarakat setempat terhadap makanan. Kekeringan yang parah yang terjadi pada tahun 2020 di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk Lombok Timur dan Lombok Tengah, menyebabkan panen jagung gagal di banyak lahan pertanian. Jagung merupakan sumber utama makanan bagi penduduk setempat. 

Cuaca yang tidak menentu menyebabkan panen tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, gagal. Banyak tanaman tembakau rusak dan tidak layak panen karena hujan yang lebat dan sering terjadi di luar musim biasa. Ini berdampak pada produksi tembakau nasional dan pendapatan petani pada tahun 2022 kemarin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline