Lihat ke Halaman Asli

Ade T Bakri

Penyuka kopi

"Ikan Telunjuk", Pengganti Mi Instan untuk Mahasiswa yang Kondisi Keuangan Pas-pasan

Diperbarui: 11 Agustus 2022   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi garam laut. (SHUTTERSTOCK/ILEISH ANNA)

Baru-baru ini kita mendengar kabar  yang cukup mengejutkan, Mi instan makanan pemersatu kita yang berkantung kering mengalami kenaikan.

Mi instan naik bukan tanpa sebab. Menurut Menteri  Pertanian Syahrul Yasin Limpo "Harga mi instan naik tiga kali lipat karena naiknya harga gandum. Ia bilang, saat ini terdapat kurang lebih 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar negara.

Nah, ini menjadi keresahan kita bersama, bukan hanya pak Menteri.

Alasan mengapa ini menjadi keresahan kita bersama, apalagi yang berkantung kering  yang pernah kuliah dan hidup jauh di  rantau adalah;

Pertama, mi instan bukan hanya sekadar makanan tetapi juga menjadi penyelamat bagi mahasiswa yang akhir bulan belum juga dapat kiriman.

Kedua, untuk mahasiswa rantau yang dapat kiriman uang pas-pasan dari Ortu, makan mi instan merupakan solusi berhemat.

Ketiga, selain bisa direbus, digoreng, mi instan juga bisa dimakan tanpa dimasak, inilah mengapa mi instan penting untuk kami yang malas memasak.

Mau protes, apalah daya.

Tak bisa dipungkiri kalau makan nasi tanpa lauk serasa susah ditelan. Memperlancar nasi dengan air putih, hanya akan membuat perut kembung. Mi instan yang menjadi pilihan lauk pendamping nasi melewati tenggorokan ke dalam perut  mengalami kenaikan.

Lalu bagaimana cara mensiasati kebutuhan perut kita apabila harga mi instan naik dan kita sebagai mahasiswa harus berhemat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline