Baru-baru ini kita mendengar kabar yang cukup mengejutkan, Mi instan makanan pemersatu kita yang berkantung kering mengalami kenaikan.
Mi instan naik bukan tanpa sebab. Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo "Harga mi instan naik tiga kali lipat karena naiknya harga gandum. Ia bilang, saat ini terdapat kurang lebih 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar negara.
Nah, ini menjadi keresahan kita bersama, bukan hanya pak Menteri.
Alasan mengapa ini menjadi keresahan kita bersama, apalagi yang berkantung kering yang pernah kuliah dan hidup jauh di rantau adalah;
Pertama, mi instan bukan hanya sekadar makanan tetapi juga menjadi penyelamat bagi mahasiswa yang akhir bulan belum juga dapat kiriman.
Kedua, untuk mahasiswa rantau yang dapat kiriman uang pas-pasan dari Ortu, makan mi instan merupakan solusi berhemat.
Ketiga, selain bisa direbus, digoreng, mi instan juga bisa dimakan tanpa dimasak, inilah mengapa mi instan penting untuk kami yang malas memasak.
Mau protes, apalah daya.
Tak bisa dipungkiri kalau makan nasi tanpa lauk serasa susah ditelan. Memperlancar nasi dengan air putih, hanya akan membuat perut kembung. Mi instan yang menjadi pilihan lauk pendamping nasi melewati tenggorokan ke dalam perut mengalami kenaikan.
Lalu bagaimana cara mensiasati kebutuhan perut kita apabila harga mi instan naik dan kita sebagai mahasiswa harus berhemat.