"Bangun!, Bangun! Bangun!, nanti terlambat ke sekolah!" hiruk pikuk ramai ini umumnya terdengar dari setiap rumah yang masih terdapat anak atau remaja yang masih sekolah. Mungkin berlaku juga bagi mahasiswa yang harus masuk pagi. Para orang tua akan sibuk setiap pagi untuk membangunkan anak-anaknya karena takut terlambat datang ke sekolah. Dan, jika sudah terlambat bangun maka beberapa resiko akan dihadapi oleh anak dan orang tua seperti kemacetan lalulintas dan teguran guru kepada siswa atas keterlambatannya ini.
Disadari atau tidak kebiasaan ini terus dibenarkan dan dilakukan secara turun temurun hingga menjadi sebuah tradisi keluarga, masyarakat, dan mungkin seluruh bangsa ini. Apakah mesti terus demikian? Apakah memang ini tugas abadi para orang tua hingga anak-anak mereka menikah? karena kalau sudah menikah, istri atau suami mereka yang akan melanjutkan tugas untuk membangunkan di pagi hari. Namun demikian, dipastikan sudah banyak keluarga, dalam hal ini orang tua yang sudah mengubah cara membangunkan anak-anak mereka.
Ada satu cara yang mudah-mudahan cocok dilakukan oleh para orang tua agar segera pensiun dari kegiatan membangunkan anak-anak di pagi hari. Kita tidak perlu lagi tergopoh-gopoh membangunkan apalagi dengan teriak-teriak yang pastinya akan membawa dampak negatif terhadap psikologis, baik untuk anak-anak itu sendiri maupun untuk para orang tua mereka.
Langkah pertama, sebaiknya memang dilakukan sejak dini, orang tua memberikan penjelasan dan pemahaman tentang seluruh kegiatan anak-anak beserta maksud dan tujuannya, apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan agar menjadi sebuah komitmen bagi mereka. Ciptakan kondisi dimana anak-anak merasa butuh untuk bangun pagi, butuh sarapan, butuh kelancaran lalulintas dan butuh sekolah tentunya.
Kedua, buat kesepakatan bahwa tidak ada "acara membangunkan" dari tidur mereka. Kalau mereka butuh dengan hal tersebut di atas, maka mereka harus bertanggungjawab untuk bangun. Jika suatu hari mereka kesiangan karena tidak dibangunkan, jangan marahi mereka! keceriaan dan senyuman harus tetap berjalan seperti biasa. Beri kesempatan kepada anak-anak untuk bergerak cepat dengan kondisi yang ada, bila perlu membawa sarapan mereka atau tidak sama sekali. Ditambah lagi, urusan menghadapi guru piket di sekolah adalah tanggungjawab anak-anak. Para orang tua tidak perlu mengantar dan menjelaskan, beri kesempatan kepada anak-anak untuk menjelaskan mengapa mereka terlambat. Ada banyak pelajaran bukan?
Jika pada hari libur, justru sebaliknya, bangunkan mereka untuk bangun pagi dan melakukan kegiatan pagi yang bermanfaat, seperti olah raga dan lain-lain. Lakukanlah proses ini dengan sabar. Dan lihatlah hasilnya!! Selamat mencoba!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H