Lihat ke Halaman Asli

Kunjungan Hillary Clinton: Saatnya Mengusir Rahwana Imperialisme

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Dedicated to My Big Love”

Kunjungan Hillary Clinton: Saatnya Mengusir Rahwana Imperialisme

Kita sudah muak! Ya, kita sudah muak dan bosan dengan perilaku Amerika Serikat! Amerika bertingkah seolah-olah dirinya adalah pemilik dunia! Ia merasa berhak menentukan masa depan sebuah negara, menentukan suatu negara demokratis atau tidak, padahal Amerika Serikat sendiri cuma punya ‘demokrasi borjuis’ yang tidak seberapa! Ia merasa berhak menentukan suatu negara boleh memiliki senjata nuklir atau tidak, padahal Amerika dan sekutunya memiliki senjata nuklir untuk menggertak negara-negara lain. Ya mereka ingin menguasai senjata nuklir untuk diri mereka sendiri!

Dan lebih dari itu, hey Bangsa Indonesia!!, Selama ini Amerika selalu memperkuda kita, memperbudak kita dengan sesuka hatinya. Amerika dengan perusahaann-perusahaan tambangnya: Freeport dan Newmont, telah mengeruk kekayaan alam kita. Kekayaan alam kita dirampok, digarong,  habis-habisan oleh mereka. Sehingga kekayaan alam yang melimpah ruah ini tidak serta merta membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia sebagian besar.

Celaka! Sungguh celaka! Selama ini, sejak Soeharto menggulingkan Soekarno, hey Bangsa Indonesia, kita selalu dibodohi Amerika! Kita Bangsa Indonesia disuruh mengupas nangka, tapi cuma dapat getahnya!! Amerika selama ini yang selalu menikmati buah nangka kekayaan alam Indonesia, sedangkan kita hanya disuruh mengupas dan mendapat getahnya saja!!

Amerika Serikat, saat ini ia adalah Rahwana Imperialisme, ia adalah angkara murka di muka bumi ini! Rahwana Dasamuka! Imperialisme Sepuluh Wajah! Dasamuka alias Rahwana adalah lambing angkara murka, serakah, tamak, dan menghalalkan segala cara. Untuk mencapai keinginannya, ia tega mengorbankan siapa pun, termasuk keluarganya. Untuk menggambarkan kerakusan dan ketamakannya, Dasamuka,  dilukiskan dengan raksasa bermuka sepuluh.

Hari ini, Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika, sedang berkunjung di Indonesia. Berita resminya,  ia mewakili Amerika Serikat ingin mendorong negara-negara anggota ASEAN dan China untuk bisa segera bersama menuntaskan dan mencapai kemajuan dalam proses finalisasi penyusunan kesepakatan bersama aturan pelibatan (rules of engagement) di kawasan perairan sengketa Laut China Selatan (Kompas, AS Dorong Penuntasan Kode Tata Berperilaku, 4 September 2012). Dari situ tentu kita semakin sebal dengan polah tingkah Amerika, dengan pongahnya ia merasa punya kekuatan untuk mendorong kita untuk segera membuat kode tata berperilaku (code of conduct) di Laut China Selatan, ia selalu ikut campur dalam urusan kita!!

Namun demikian, di balik kunjungan Hillary Clinton pastilah ada misi yang lebih besar, sebuah misi untuk menjaga kepentingan Amerika Imperialis di bumi Nusantara tercinta ini. Untuk melestarikan keberadaan Freeport Si Perampok di tanah air kita.  Karena bagi Amerika, pertambangan Freeport sangat penting sehingga sedikit saja tersiar isu-isu ,bahwa ada pihak-pihak yang hendak meninjau ulang kontrak karya Freeport, segera pula mendapat tanggapan dari Washington. Amerika Sang Dasamuka hendak mempertahankan “status quo”perusahaan tambang terbesar di dunia itu,karena memang sangat menguntung Amerika, tapi sangat merugikan bagi bangsa Indonesia!!

Oleh karena itu hey Bangsa Indonesia, bersamaan dengan kunjungan Hillary Clinton, kita harus mengmabil keputusan penting bagi keberlangsungan kita sebagai suatu negara-bangsa yang berdaulat. Kita harus usir Rahwana Imperialisme dari bumi nusantara untuk selamanya-lamanya! Freeport dan Newmont sebagai kuku-kuku jahanam Imperialisme yang mencengkeram kita harus segera dihapuskan!

Freeport telah melakukan dosa besar, oleh karenanya ia harus segera diusir. Freeport Indonesia yang saham mayoritasnya dikuasai perusahaan tambang Amerika Serikat, hingga detik ini telah berhasil menyedot kekayaan emas sekitar 1500 ton emas. Namun pengelolaan tambang emas itu sama sekali tidak membawa pengaruh nyata bagi kesejahteraan masyarakat Papua itu sendiri. Freeport McMoran Indonesia adalah perusahaan tambang paling tua yang beroperasi di Indonesia.

Perusahaan tambang Amerika ini sering dianggap mendikte kebijakan pertambangan di Indonesia. Salah satu bukti, Kontrak Karya PT Freeport Indonesia ditetapkan sebelum diberlakukannya UU Nomor 11/1967 tentang Pertambangan umum.  PT Freeport yang berlokasi di  Grasberg dan Easberg, Pegunungan Jaya Wijaya, menguasai 81,28% saham, sedangkan PT Indocopper Investama sebesar 9,36%, dan pemerintah Indonesia sebesar 9,36%.

Luas konsesi yang diberikan kepada Freeport pun luar biasa, 1,9 juta hektar lahan di Grasberg dan 100 km2 di Easberg.  Namun, kehadiran Freeport justru menjadi bencana bagi masyarakat Papua daripada berkah. Bayangkan. Penambangan yang dilakukan Freeport telah menggusur ruang penghidupan suku-suku di pegunungan tengah Papua. Tanah-tanah adat tujuh suku, di antaranya suku Amungme dan Nduga, telah dirampas sejak awal masuknya Freeport.

Limbah tailling yang dihasilkan PT Freeport telah menimbun 110 km2 wilayah  Estuari dan mengalami pencemaran linkungan. Sekitar 20-40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur akibat pembuangan limbah tailing tersebut.  Ketika banjir tiba, kawasan-kawasan subur di lokasi itupun tercemar. Perubahan arah sungai Ajkwa pada perkembangannya telah menyebabkan banjir, kehancuran hutan-hutan tropis (21 km2), dan menyebabkan daerah yang semula kering menjadi rawa.

Dengan demikian, kita harus mengatakan hal ini kepada Hillary Clinton: Pulanglah kembali ke Amerika, beritahu Obama dan borjuis-borjuis Amerika; Freeport segera kami usir dari bumi Indonesia. Kami bangsa Indonesia tidak sudi diperbudak Amerika! Kami tidak takut dengan Amerika Si Rahwana Dasamuka Imperialis. Lebih baik melihat Indonesia tenggelam di dasar lautan daripada menjumpainya kembali sebagai jajahan bangsa lain.

“Awa itu Imperialisme musuh seluruh dunia yang mau memperbudak kita dengan sesuka hatinya! Itu Amerika Kita Setrika, Inggris kita Linggis. Lebih baik pergi ke neraka tanpa Neo Kolonialisme-Imperialisme daripada harus pergi ke surga bersamanya!”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline