Lihat ke Halaman Asli

Soal Kenaikan Harga Elpiji Untung Hatta Belum Resmi Jadi Capres

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan harga Gas Elpiji 12 kg hingga lebih dari 50% merupakan kado tahun baru yang  Istimewa dari PT Pertamina dan Pemerintah bagi rakyat Indonesia. Hebatnya kenaikan ini dilakukan secara mengejutkan, orang inggris menggunakan bahasa yang membedakan antara Surprised (kejutan gembira) dan Shocked (kejutan duka), namun bagi orang Indonesia istilahnya sama saja yaitu terkejutkan atau terkagetkan. Ini membuktikan bahwa orang Indonesia lebih sabar dan tahan mental dalam menanggapi suatu berita yang buruk maupun yang baik tanggapanya selalu positif. Seperti kebiasaan orang kita jika mendapat musibah dengan mengatakan “untung”. Ada orang kecelakaan dibilang untung hanya tangannya yang patah bukan kakinya. Jika tangan dan kakinya patah masih dibilang untung juga karena bukan kepalanya yang gegar otak.

Demikian pula dengan kenaikan harga energi di Indonesia ditanggapi masyarakat sebagai musibah yang sudah biasa. Ketika harga Listrik naik 50% yang diangsur dalam 4 triwulan di tahun 2013.  disikapi masyarakat dengan bijaksana, untung BBM dan Gas belum naik ditambah kata kata menyejukkan dari menteri ESDM bahwa pemerinyah berusaha meringankan beban rakyat dengan tidak menaikkan listrik sekaligus. Ketika kemudian BBM bersubsidi naik  hampir 50% masyarakat juga arif dengan mengatakan bahwa untung gas Elpiji belum naik ditambah kata-kata menenteramkan dari pemerintah bahwa subsidi BBM akan dialihkan untuk memberi angpao (BLSM) bagi rakyat miskin dan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur.

Beberapa minggu yang lalu ada lonjakan harga Elpiji dipasaran sekitar 10%, PT Pertamina membantah dengan tegas dan gagah bahwa harga dari Pertamina tidak ada kenaikan, kemungkinan itu adalah ulah agen dan distributor kata juru bicara Pertamina. Hingga tanggal 2 Januari kemarin secara resmi Pertamina mengumumkan kenaikan Elpiji 12 kg sekitar 50%. Menko Perekonomian Hatta Rajasa dengan ekspresi inocent (baca; culun, merasa tak bersalah) mengatakan bahwa kenaikan LPG 12 kg diluar kendali pemerintah seperti yang dikutip oleh liputan6.com: “Pemerintah, menurut Hatta, tidak dapat mengintervensi keputusan tersebut kecuali yang terkait dengan harga gas elpiji subsidi. Terlebih lagi, Pertamina sudah menetapkan keputusan itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).”

Dengan jawaban Hatta Rajasa seperti ini meskipun agak mengelus dada kita masih bisa bilang  untung Hatta Rajasa belum resmi menjadi Capres. Bisa dibayangkan jika sebagai Menko Perekonomian saja dia bisa ngeles seperti itu, padahal  jelas-jelas  PT Pertamina adalah BUMN dibawah kementerian BUMN.

Salam

Ade darma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline