Matahari pagi ini cukup bersahabat setelah beberapa hari lalu sang surya sempat terhalang bertugas digantikan oleh rinai yang meninggalkan beberapa kisah. Kondisi pagi ini tidak begitu terik matahari bersinar masih malu-malu dan hari ini hari Minggu. Akhir pekan merupakan hari yang dinanti oleh para Pekerja yang rutinitas hariannya berkutat dengan segala kesibukan yang menyita waktu. Akhir pekan biasanya dimanfaatkan untuk sekadar beristirahat di rumah atau refreshing.
Minggu pagi adalah hari untuk keluarga dan memanfaatkan kualitas waktu bersama anggota keluarga adalah sesuatu kebahagiaan tersendiri. Anggota keluarga yang kesehariannya memiliki aktivitas yang berbeda, selalu berkejaran dengan jam berangkat menuju aktivitas agar terhindar dari kemacetan yang membuat adrenalin dan jantung serasa ingin lepas dari posisinya, di pagi ini bisa menarik selimutnya kembali selepas salat Subuh.
Bagi yang memiliki hobi berkebun, pagi ini bisa menyapa para penghuni lahan di depan rumah. Harap dimaklumi karena tinggal di perumahan yang tidak begitu luas tanahnya, sehingga memanfaatkan sedikit lahan kosong di depan rumah yang sengaja disisakan untuk sekadar menyalurkan hobi berkebun.
Lahan minimalis itu bisa kita manfaatkan menanam aneka tanaman. Saat Pandemi dahulu pilihan saya memanfaatkan waktu dengan menanam beberapa tanaman hias, menanam bibit pohon mangga, dan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan rutin dan berbiaya mahal.
Pada gambar di atas, nampak seorang lelaki separuh baya sedang menyantap sarapan yang terhidang pada piring berwarna putih dengan toping beberapa kerupuk sebagai sensasi manakala makanan itu masuk ke dalam mulut. Beberapa botol air mineral kemasan berbaris tak beraturan ukurannya juga menjadi pelengkap hiasan pada tembok setinggi 20 cm yang disusun menyerupai sebuah meja. Sepertinya tembok mini yang dibuat itu bukan hanya berfungsi sebagai meja darurat semata. Tembok mini yang berbentuk sudut dan panjang itu bisa digunakan sebagai kursi panjang untuk sekadar bercengkrama anggota keluarga di kala sedang bersama atau bisa dijadikan tempat bersantai menikmati pemandangan yang tersaji.
Sebut saja lelaki paruh baya itu Mang Watim namanya. Mang Watim sedang menyantap sarapan sebagai asupan energinya untuk digunakan beraktivitas di kebun yang berada tepat di belakangnya. Nampak terlihat di bagian belakang ada beberapa jenis tanaman seperti pohon singkong yang tinggi menjulang. Beberapa tanaman hias yang tersusun berjajar bak pagar mini di dalam pot mengelilingi tanaman singkong. Ada seutas tali rapia yang terikat dari batang tanaman yang satu ke batang lainnya menyerupai pagar sederhana.
Tugas Mang Watim kali ini merapikan tanaman yang ada dan mencabut tanaman singkong yang sudah bisa di panen. Tidak mudah untuk mencabut tanaman singkong dari tanah. Perlu trik dan kekuatan tenaga ekstra untuk bisa mencabut singkong itu terlepas ke permukaan tanah. Saya pun pernah mencoba untuk mencabut pohon singkong yang ingin di panen. Alhasil, batang singkong itu masih tegak berdiri di tanah dan saya terjerembab seketika karena tidak kuat menarik batang yang kelihatannya kecil tetapi akarnya menghujam ke bumi.
Mang Watim meskipun perawakannya tidak terlalu tinggi, badannya pun tidak gempal, dengan keahliannya pada akhirnya bisa mencabut tanaman yang ramping itu dan lihatlah hasilnya. Jadilah hari Minggu ini kita memasak sayur daun singkong, dan membuat camilan olahan berbahan dasar singkong dari hasil berkebun di lahan mini depan rumah. Keakraban bersama anggota keluarga memanfaatkan kualitas waktu dan menyantap olahan dari hasil kebun sendiri adalah nikmat anugerah yang disyukuri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H