Novel Ayah adalah sebuah novel sejumlah 415 halaman karya penulis kondang Andrea Hirata yang diterbitkan oleh PT. Bentang Pustaka dengan cetakan pertama terbit pada Bulan Mei 2015.
Novel Ayah versi Bahasa Indonesia memiliki sampul berwarna Hitam dan gambar siluet seorang ayah yang sedang menunjuk sesuatu dengan anaknya yang memegang kembang gula.
Novel ini berisi tentang seorang Ayah melankolis berhati malaikat bernama Sabari. Karakter Ayah di novel ini berwatak sabar, lembut, teguh, penuh kasih sayang dan terkenal sangat mencintai anaknya yang bernama Amiru.
Amiru adalah anak hasil hubungan diluar nikah antara Marlena, istri Sabari, dengan lelaki yang tidak dikenal. Marlena sendiri merupakan gadis cinta pertama dan satu-satunya Sabari sejak ia duduk di bangku SMA. Bahkan Sabari menyematkan panggilan cinta untuk Marlena, Rembulan di malam keduabelas. Namun, cinta Sabari sama sekali tak bersambut. Marlena mengabaikan Sabari dan memilih bersama kekasihnya. Pernikahan antara Sabari dan Marlena adalah sebuah pernikahan paksa karena Ayah Marlena ingin menutupi kahamilan Marlena. Ayah Marlena meminta Sabari menikahi Marlena karena Sabari merupakan salah satu karyawan di pabrik ayah Marlena Berhubung, Marlena adalah cintanya, Sabari pun menyanggupi hal itu.
Meski bukan anak kandungnya Sabari sangat menyayangi bak anaknya sendiri. Bahkan, Amiru tumbuh dengan baik di bawah asuhan Sabari. Ia berubah menjadi anak kecil yang ramah, seramah ayahnya. Amiru tumbuh semakin mirip ibunya disetiap harinya.
Marlena sangat membenci pernikahan itu sehingga selama pernikahan mereka Marlena tidak pernah ada diantara Sabari dan Amiru. Ia selalu pergi ke luar entah kemana dan jarang pulang. Ia pulang hanya sebulan sekali atau lebih parah ia tidak pernah pulang selama bertahun-tahun.
Meski begitu, Sabari tidak pernah seklaipun menmbenci Marlena. Cintanya tetap sama untuk gadis cantik itu. Bahkan cinta itu berkali-kali lipat setelah kehadiran Amiru.
Amiru menjadi obat pelipur lara Sabari ketika ia merindukan Marlena.
Suatu hari, Marlena menceraikan Sabari dan memutuskan untuk menikah dengan laki-laki pilihannya yang artinya Amiru pun dibawa pergi oleh Ibunya. Sedangkan Sabari, setelah perceraiannya dengan Marlena, ia tidak pernah menikah dengan siapapun lagi. Marlena adalah satu-satunya perempuan yang menjadi istrinya.
Semasa kepergian Amiru, Sabari merasa sangat terpukul. Sabari merasa sangat putus asa dan hampir gila. Di tahun-tahun pertama, kedua, ketiga Sabari menjadi seorang pendiam. Ia sering melamun, pikirannya entah melayang kemana. Di tahun-tahun setelah itu Sabari mulai linglung. Ia tidak mengenali dirinya sendiri lagi. Bahkan, ia pergi dari rumah, membiarkan rumahnya terbengkalai. Ia tidak pernah merawat tubuhnya sendiri. Jarang mandi, makan, bahkan untuk sekedar bersosialisasi. Dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mecari dan menangisi Amiru. Ia sering berjalan-jalan mengelilingi desanya dan pasar-pasar untuk mencari Amiru.
Hal ini membuat teman-teman Sabari prihatin. Akhirnya, 2 orang teman Sabari memutuskan untuk mencari Amiru untuk mengembalikan Sabari yang dulu. Mereka berdua berkeliling mengitari Sumatera. Berbulan-bulan mereka mencari Amiru dengan petunjuk kosong. Sesuai pepatah, usaha tidak akan menghianati hasil, Teman Sabari akhirnya menemukan Amiru dan Marlena. Mereka maminya izin kepada Marlena untuk membawa Amiru pulang pada Sabari dan Marlena pun mengizinkannya.