Masih banyak masyarakat yang belum terlalu mengenal tentang tanaman ganyong ini, masyarakat pada umumnya hanya menanam tanpa mengetahui apa manfaat dan kegunaan dari ganyong ini.
Di daerah Kabupaten Bantaeng, tepatnya di kampung Babangeng, tanaman ganyong ini dipelihara dengan baik oleh masyarakat karena hasilnya bisa dijadikan penghasilan tambahan untuk meningkat taraf hidup masyarakat Babangeng dimana ganyong ini bisa dijadikan tepung untuk bahan pembuat kue tradisional seperti baruasa, sinole dan bagea.
Tanaman Ganyong (Canna edulis Kerr) adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam tanaman dwi tahunan (2 musim) atau sampai beberapa tahun, hanya saja dari satu tahun ke tahun berikutnya mengalami masa istirahat, daun-daunnya mengering lalu tanamannya hilang sama sekali dari permukaan tanah.
Pada musim hujan tunas akan keluar dari mata-mata umbi atau rhizomanya. Ganyong sering dimasukkan pada tanaman umbi-umbian, karena orang bertanam ganyong biasanya untuk diambil umbinya yang kaya akan karbohidrat, yang disebut umbi disini sebenarnya adalah rhizoma yang merupakan batang yang tinggal di dalam tanah.
Tanaman ganyong yang masyarakat Babangeng sebut dengan nama Tasa'be ini merupakan tanaman bersejarah bagi masyarakat Babangeng, karena merupakan tanaman lokal yang sudah ada sejak jaman nenek moyang mereka dan menjadi pilihan makanan pendukung utama setelah jagung.
Kampung Babangeng ini terletak di Dusun Bonto Jonga, Desa Pabumbungang, Kecamatan Ere Merasa, Kabupaten Banteng, yang memiliki ketinggian 1.210 mdpl. Menurut bahasa Makassar, kata Babangeng ini berarti "mulut angin", hal ini disebabkan karena adanya cekungan pegunungan tempat masuknya angin ke kampung Babangeng.
Mata pencaharian utama masyarakat Babangeng yaitu berkebun, dimana kentang, jagung, kol, daun bawang dan kopi merupakan penghasilan andalan mereka yang ditumpangsarikan dengan tanaman ganyong di sela-sela tanaman nya.
Pada awalnya, masyarakat Babangeng belum memanfaatkan ganyong ini secara maksimal, hanya untuk keperluan pribadi saja, namun setelah diperkenalkan oleh Tim PLTMH BP2LHK Makassar tentang manfaat lebih dari ganyong ini, barulah masyarakat mulai menanam ganyong di lahan kebun masing-masing.
Tahap pembuatan ganyong menjadi kue ini, dimulai dari pengumpulan bahan baku ganyong, kemudian ganyong dicuci bersih dan dikupas, setelah itu dengan menggunakan mesin penggiling yang dibuat oleh Tim PLTMH BP2LHK Makassar dimana sumber tenaga listriknya menggunakan listrik PLTMH yang telah ada di kampung Babangeng, ganyong kemudian dihaluskan.
Hasilnya, ganyong kemudian dicampur dengan air kemudian diremas-remas sehingga mirip seperti bubur dimana peremasan ini bertujuan agar pati ganyong dapat terpisah.
Bubur pati kemudian dimasukkan ke dalam kain penyaringan, diperas sambil disaring, hal ini bertujuan agar ampas akan tertinggal dikain sedangkan air yang bercampur pati akan lolos.