Lihat ke Halaman Asli

Menatap Matahari

Diperbarui: 31 Juli 2021   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Hidupku terlalu sia-sia hanya untuk mengenang dirimu yang pernah menjadi masa laluku. Aku melihat masa depan dengan kaca mata yang lebih tajam. Tanpamu, aku tetap sama, menjadi orang istimewa di bumi ini dengan berusaha menjadi lebih baik diiringi tetesan keringat, terus mengejar harapan dan impian yang tak tercapai saat menggenggam kedua tanganmu.

            Aku tak perlu menanatap masa lalu, sebab hari esok masih menanti dan misteri. Bisa saja sebuah keberuntungan akan datang kepadaku dan membuatmu menyesal karena tak memilihku untuk hidup bersama menapaki jalan kehidupan.

            Masih kuingat, kala senja telah menguning, kau berkata padaku:

            "Aku akan meninggalkanmu dan memilih pria lain yang lebih mapan."

             Sesaat setelah mencermati kata-katamu, aku menjadi sadar bahwa sedari awal kau tak ingin bersamaku. Hanya saja dirimu terlalu manis dalam kepura-puraan. Dihadapanku yang bodoh, seolah dirimu terlihat mencintai, namun sejatinya kau ingin memperalat diriku. Sungguh betapa teganya dirimu. Kau tak tahu bahwa kelak aku akan membalas perbuatan burukmu dengan usaha dan kerja kerasku dalam bekerja.

            Terbukti, kini aku mejadi orang yang berkecukupan. Perlahan kau mulai mendekatiku kembali. Air mata buaya kau tumpahkan padaku sembari berkata:

            "Maafkan aku yang telah meniggalkanmu. Aku berjanji akan bersamamu sehidup semati."

            Rasanya, aku tak perlu menerima permohonan maafmu. Aku tak ingin mengulang kesalahan untuk kedua kalinya. Cukup di masa lalu, aku menjadi bodoh. Selanjutnya, aku akan mencoba hidup dengan menepis segala angan-angan tentangmu.

            Aku... tak perlu kembali kepadamu. Pantang bagiku menjadi budak akan segala ambisimu. Aku akan tetap tegak berdiri, meski sendiri aku terus menatap matahari. Menjemput berbagai macam hal baik selain rayuan manis dirimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline