Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: Penjara untuk Tikus Kantor

Diperbarui: 1 Juni 2020   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Kemarin, aku dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi penggelapan uang rakyat. Harusnya uang itu digunakan untuk perbaikan jalan-jalan provinsi, namun kugunakan untuk kepentingan pribadi. Bodohnya aku, melakukan korupsi tapi tercyduk orang-orang yang mencekal tikus kantor sepertiku. Terlebih korupsiku tak kurang dari 1 milyar, harusnya aku korupsi 1 triliyun. 

Toh kalau ketahuan, sama-sama berada di balik jeruji besi. Sama-sama dihukum, sama-sama tak bisa bertemu dengan keluarga, sama-sama dikekang kebebasannya.

Di balik jeruji besi, aku sendiri dalam ruangan 9 x 8 meter. Sungguh tak berprikemanusiaan, harusnya aku berada di ruang 20 x 20 meter agar leluasa berjalan ke sana ke mari, seperti ruang pribadi. Di sini aku hanya bisa duduk, tidur, makan dan buang air.

Disini ada hanya ada AC produksi tahun 2018, bukankah lebih baik pakai AC keluaran tahun 2020? Lebih nyaman di tubuh, tak akan membuat aku meriang untuk ukuran seorang mantan pejabat sepertiku. Jika seperti ini, bisa-bisa dalam tiga hari aku pilek.

Tidak hanya itu. Disini aku hanya bisa makan nasi padang dengan lauk rendang, nasi goreng gila, pecel lamongan, ayam bakar, gule kambing, opor ayam, soto sapi, sop iga, kambing guling, mie ayam, bakso bola ping-pong, sate ayam, beserta makanan tradisional Indonesia lainnya. 

Aku tidak bisa makan pizza, burger, kebab, lobster laut, gnocchi, ravioli, pasta carbonara, tiramisu, gelato, spaghetti saus tomat, linguine alle vongole, lasagna, fettucini alfredo, schnitzel, bratwurst, bratkartoffeln, dan makanan mewah luar negeri lainnya.

Semenjak aku di penjara, aku terkena sakit pencernaan karena lebih sering makan-makanan biasa, padahal biasanya aku makan-makanan mewah ala restoran Prancis. 

Kini aku sadar, masih banyak penjara-penjara di sini yang tak manusiawi untuk orang glamor sepertiku. Aku benar-benar tak cocok hidup di sini. Tak ada hak, tak ada kuasa bagiku di sini untuk hidup nyaman.

                Ketika aku masih dalam status terdakwa, salah seniorku yang pernah di penjara bercerita bahwa, di sini adalah tempat yang nyaman untuk para napi korup sepertiku. Semua yang ada di sini bisa di pesan, asal tarifnya oke, malah kalau bisa tarifnya plus-plus, dan bisa bikin mulut mingkem.

                "Mau pesan TV LED? Bisa! Mau pesan laptop? Bisa! Mau renovasi penjara? Bisa! Mau keluar penjara sekadar jalan-jalan ke Bali? Juga bisa! Tinggal pesan dan bayar, mirip aplikasi-aplikasi di gawai."

                Selama 24 jam aku di sini, belum ada orang yang menawarkan jasa penyedia barang-barang mewah, padahal sejak kemarin aku menunggu-nunggu orang itu. Akan kusulap, penjara ini menjadi tempat mewah seperti vila-vila di puncak yang nyaman untuk ditempati. Aku bisa bermain game online, bisa nonton film-film action Amerika, dan bisa olah raga dalam penjara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline