Lihat ke Halaman Asli

Ade LinaTri Rahmawati

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Membangun Inovasi Pembelajaran di Kelas

Diperbarui: 6 Februari 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas, tidak sedikit pengajar yang menggunakan metode ceramah saja. Sayangnya, hal ini membuat peserta didik menjadi cepat bosan dan tidak fokus dalam menerima materi. Terlebih Pembelajaran Bahasa Indonesia hampir seluruhnya berbasis pada teks sejak Kurikulum 2013 hingga saat ini mengalami penyempurnaan menjadi Kurikulum Merdeka. Mengapa harus berbasis teks? Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya mempuni terkait kebahasaan saja melainkan lebih daripada itu, mereka harus mampu memahami bahkan sampai pada mengintepretasi konten/ isi teks yang menitikberatakan pada saintifik (ilmiah) yang erat kaitannya dengan Kurikulum 2013 tentunya. Sehingga tujuan akhir dari pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks ini adalah siswa mampu bepikir sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis.

Berdasar pada hal di atas sudah seharusnya guru bergerak cepat untuk dapat membangun inovasi pembelajaran yang asyik dan efektif di kelas. Meski sebetulnya, tidak ada metode yang benar dan salah. Namun, pengajar harus lebih selektif lagi dalam memilih metode pengajaran Bahasa Indonesia yang tepat sesuai dengan materi ajar. Sebagai peserta didik, kamu juga bisa lebih berperan aktif untuk menciptakan suasana pengajaran dua arah di kelas. Artinya, harmonisasi antara guru dan peserta didik saat proses kegiatan belajar mengajar menjadi hal penting sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Ada 6 teks yang harus dipelajari peserta didik di SMA kelas X Kurikulum Merdeka diantaranya Teks Laporan Hasil Observasi, Teks Anekdot, Teks Hikayat, Teks Negosiasi, Teks Biografi dan Teks Puisi. Setiap teks memiliki struktur dan ciri kebahasaan yang berbeda-beda. Terbayang bukan berapa banyak ciri kebahasaan yang harus diingat oleh peserta didik. Padahal tahap memahami dan menganalisis ciri kebahasaan ini merupakan tahapan penting yang harus dilalui setelah materi struktur untuk nantinya para peserta didik dapat lanjut pada proses memproduksi teks yang utuh. Sebab, menulis teks utuh adalah bagian dari bagaimana mereka memiliki pengalaman membaca aneka judul teks dan menambah pembendaharaan kata dimulai dari pemahamannya terkait ciri kebahasaan pada suatu teks.

Berdasarkan permasalahan tersebutlah maka penulis tertarik untuk berbagi pengalaman terbaik yang pernah dilakukan di kelas. Bermula dari melihat kondisi siswa dengan motivasi belajar yang rendah sedangkan materi ajar yang harus dipelajari cukup rumit. Maka memilih Model Make A Match adalah salah satu solusi untuk meminimalisasi permasalahan di atas. Model ini efektif digunakan pada materi berbasis teks terutama dalam hal menganalisis ciri kebahasaan. Sejalan dengan pernyataan menurut Ika Bediarti (2010:96) Model Make A Match ini cocok digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia aspek membaca. Selain itu model pembelajaran ini pun akan menutut peserta didik bergerak aktif sambil berpikir untuk mencari jawaban. Pembelajaran di dalam kelas akan lebih hidup dan menyenangkan, sehingga mempermudah peserta didik memahami materi yang disampaikan.

Berikut tahapan Model Pembelajaran Make A Match menurut Rusman yang telah penulis modifikasi:

  • Pahami materi ajar yang akan diajarkan kepada pesrta didik, dalam hal ini adalah Ciri Kebahasaan Teks Negosiasi;
  • Siapkan kartu jawaban dan kartu pertanyaan yang dibuat dari kertas origami warna warni. Kertas jawaban berisi contoh kata yang masuk kedalam kategori kaidah kebahasaan negosiasi seperti kata saya, ia, mereka, beliau dan lain-lain. Sedangkan kartu pertanyaan berisi jenis ciri kebahasaan negosiasi seperti pronomina, kalimat introgratif, kalimat deklaratif dan lain-lain. Untuk mengisi kartu-kartu tersebut boleh dilakukan dengan menulisnya menggunakan spidol atau di print out;
  • Tempelkan kartu pertanyaan di papan tulis;
  • Berikan penjelasan mengenai teknik Model Pembelajaran Make A Match sekaligus memberikan clue berupa inti dari materi;
  • Bagi peserta didik menjadi 4-5 kelompok;
  • Bagi kartu jawaban kepada masing-masing kelompok sebanyak 10 kartu, kemudian peserta didik bersama kelomnpoknya mulai bermain dengan cara mencocokan kartu jawaban dengan kartu pertanyaan;
  • Peserta didik bersama kelompoknya dipantau oleh guru selama kegiatan tersebut dan diberi waktu dalam pengerjaanya;
  • Peserta didik bersama kelompoknya dan guru mengoreksi hasil mencocokan kartu jawaban dengan kartu pertanyaan;
  • Peserta didik bersama kelompoknya dan guru menyimpulkan pembelajaran hari ini;
  • Peserta didik bersama kelompoknya dan guru melakukan refleksi pembelajaran.

Pada akhirnya, penulis memberikan keyakinan bahwa Model Pembelajaran Make A Match ini dapat diterapkan diberbagai mata pelajaran lainnya selain mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jangan takut akan kegagalan sebelum kita mencobanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline