Apakah anda termasuk orang yang terlalu sering mengganti foto profil di Facebook? Menghabiskan waktu lebih dari 1 jam perhari untuk facebook? Meng-update status lebih dari satu kali dalam satu jam? Mengabaikan pekerjaan karena terlalu sibuk ber-fesbuk-ria? Jika jawabannya iya, berhati-hatilah karena anda mengalami gejala-gejala kecanduan Facebook. Atau yang lebih parahnya lagi apabila anda merasa stres dan cemas karena tidak mengakses Facebook dalam sehari, anda benar-benar membutuhkan pertolongan untuk mengatasi kecanduan anda terhadap Facebook.
Ada banyak alasan kenapa sebagian orang merasa perlu untuk aktif / online di Facebook. Dari mulai mencari teman lama, menyampaikan undangan, mengucapkan selamat ulang tahun sampai berjualan, semuanya difasilitasi oleh Facebook. Tapi apakah kita pernah menyadari berapa banyak waktu yang telah kita habiskan hanya sekedar ber-fesbuk-ria tanpa tujuan yang berarti. Tidak hanya itu, mungkin kita juga tidak menyadari kalau sebenarnya kita sudah kecanduan Facebook.
Facebook Addiction Disorder (FAD) adalah istilah yang digunakan para psikolog Amerika untuk mereka yang kecanduan Facebook dan kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh aktivitas Facebook yang tak terkendali. FAD merupakan bagian dari internet addiction. Walapun belum ada data statistik yang akurat tentang jumlah penderita FAD, menurut para terapis di Amerika, jumlah penderita FAD terus meningkat. Paula Pile, seorang konselor pernikahan dan keluarga di North Carolina, USA yang biasa menangani kasus social networking addiction, menyusun semacam kuis (Facebook Compulsion Inventory) yang berisi 15 pertanyaan untuk mengetahui tingkat kecanduan seseorang terhadap Facebook. Kalau anda tertarik mencoba kuisnya, silahkan klik disini .
Menurut para ahli, masalahnya bukan pada situs Facebook tetapi masalah akan timbul jika pengguna Facebook mengabaikan keluarga dan pekerjaan karena mereka merasa jauh lebih mengasyikan menghabiskan waktu di dunia Facebook daripada di dunia nyata. Banyak kasus pertengkaran atau masalah dalam rumah tangga gara-gara keasyikan main Facebook. Sebagai contoh, seorang anak di Amerika meminta tolong ibunya untuk membantu mengerjakan PR tetapi ibunya terlalu sibuk dengan Facebook sehingga si anak dicuekin. Anak tersebut tidak habis akal lalu mengirimkan email ke ibunya untuk membantunya mengerjakan PR, namun usahanya itu sia-sia, email si anak tidak terbaca karena si ibu tetap sibuk online di Facebook.
Dr. Michael Fenichel, ahli dalam bidang cyberpsychology, dalam artikelnya yang membahas tentang Facebook Addiction Disorder mengatakan bahwa FAD bisa membahayakan kehidupan sosial, pekerjaan, dan tatap muka interpersonal. Lebih lanjut, sebuah studi di Cina tentang internet addiction pada remaja menemukan fakta bahwa ada korelasi antara kecanduan internet dengan anxiety (kecemasan), selain itu bisa berakibat buruk terhadap prestasi di sekolah, terisolasi secara sosial, dan menghambat pengembangan psikososial remaja. Perlu diketahui bahwa lama kelamaan anxiety bisa menyebabkan depresi dan berakibat buruk terhadap kesehatan.
Facebook memang dahsyat, daya tariknya luar biasa. Selain fitur canggih yang dimiliki Facebook, ada beberapa faktor penyebab (dari sisi psikologi) mengapa banyak orang begitu menggandrungi situs ini. Pertama, keinginan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain dalam hal penampilan, tujuan perjalanan, shopping, pasangan, teman, dll. Kedua, rasa ingin tahu mengenai kehidupan orang lain dengan cara membaca status di wall-nya dan membuka foto album orang lain. Ketiga, rasa bosan yang mendera. Facebook bisa menjadi obat penghilang bosan dengan sajian berbagai macam games dan aplikasi lainnya. Keempat, kecemburuan yang teramat sangat. Seseorang yang terlalu pencemburu dan merasa hubungannya tidak aman dengan pasangannya menggunakan Facebook untuk mengecek / mengikuti jejak pasangannya melalui percakapan, kegiatan, dan apapun yang di tampilkan di Facebook pasangannya. Kelima, kesepian. Facebook bisa menjadi teman dikala kita merasa sangat kesepian dengan cara chatting, mengirimkan pesan, join group, mengomentari status atau foto-foto, dll. Kelima, merasa "bersalah"/tidak enak ketika orang lain mengetahui bahwa kita tidak mempunyai akun di Facebook. What??? Hari gini ngga punya Facebook, duh..ampun..ngga gaul banget sih.. Mungkinsebelum kalimat itu sampai di telinga, kita buru-buru bikin akun di FB. Facebook begitu fenomenal dengan ratusan juta fesbuker di seluruh dunia, dari mulai anak-anak sampai ibu rumah tangga semua kenal Facebook, sehingga kita merasa tidak enak atau takut dibilang nggak gaul kalau belum ikutan Facebook.
Browsing internet atau main Facebook sih boleh-boleh saja tapi kita harus bisa mengontrol diri jangan sampai diri kita yang dikontrol oleh Facebook. Jika kita tidak cukup cermat dan hati-hati dalam menggunakan Facebook maka kita bisa terbawa arus menjadi pecandu Facebook.
Chifley library, 25 Agustus 2010.
"Sebuah peringatan untuk diri sendiri"
References:
Beirut.2009. The Addictive Psychology Behind Facebook's Use&Popularity. http://blog.thoughtpick.com/2009/10/the-addicitve-psychology-behind-facebooks-use-popularity.html.
Cohen, Elizabeth. 2009. Five clues that you are addicted to Facebook.http://edition.cnn.com/2009/HEALTH/04/23/ep.facebook.addict/#cnnSTCVideo.
Fenichel, Michael. 2010. Facebook Addiction Disorder. http://www.fenichel.com/facebook/.
Ni, M.D., Hong Yan, M.D., Silu Chen, M.D., and Zhengwen Liu, M.D., Ph.D, , 2009, Rapid Communication: Factors Influencing Internet Addiction in a Sample of Freshmen University Students in China, Cyberpsychology & Behavior, volume 12, Number 3, Mary Ann Liebert, Inc, 327-330.
Pile, Paula. What is Facebook Addiction. http://www.imagolady.com/Paula_Pile/9_-_Paula_Pile_Psychological_Co.html
gambar: http://www.techcrunchie.com/wp-content/uploads/2009/11/facebook_suck.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H