Teater Koma merupakan salah satu seni sastra yang sudah cukup tua dan sudah lama dipentaskan sejak tahun 2009. Teater Koma merupakan seni drama yang menampilkan perilaku manusia dengan gerak dan nyanyian yang ditampilkan melalui dialog dan akting. Teater ini dipentaskan dengan aliran jawa dan dikemas dengan lelucon yang inspiratif. Bagi saya, teater ini merupakan "teater tanpa selesai". Bukan berarti di dalam teater ini adegannya tidak selesai-selesai. Tetapi, kelompok dalam teater ini terus berusaha untuk mencari wujud dan isi teater yang lebih menarik dan penuh warna dengan belajar dari teater-teater terdahulu.
Pementasan teater dibuka dengan alunan musik yang dinyanyikan oleh Semar, Gareng, dan Bagong dalam suasana yang sedang kacau balau. Mereka sedang menunggu kabar Petruk yang sudah lama pergi berkelana di negeri ini. Petruk meniadi tokoh utama dalam teater ini dan sekaligus menjadi narator dari cerita keseluruhan. Pementasan Teater Koma menjadi teater terbaik, di mana sosok Semar selalu memberikan nasihat kepada Gareng dan Bagong. Mungkin nasihat yang diberikan Semar kepada Gareng maupun Bagong hanyalah lelucon sehingga Gareng selalu membantah perkataan Semar. Mungkin Gareng menganggap perkataan Semar hanyalah dibuat-buat dengan tujuan untuk lelucon saja. Atau mungkin nasihat yang diberikan Semar malah dianggap sepele.
Saya kira, dengan Semar memberikan banyak nasihat kepada saudara-saudaranya, Semar dapat menjadi pemimpin di negeri ini. Banyak peristiwa yang terjadi di politik negeri ini dan banyak pejabat yang membohongi rakyatnya. Ini menjadikan ia tidak ingin untuk menjadi pemimpin. Semar lebih nyaman menyamar menjadi Romo, karena selalu dibutuhkan oleh rakyatnya. Mereka hanyalah punakawan yang kecil dan dilupakan oleh orang besar. Biarpun mereka dilupakan oleh orang besar, tetaplah harus bersikap sopan dan wajib memberikan nasihat. Meskipun sekarang banyak yang tidak butuh untuk dinasihati. Mereka tidak memperlihatkan raut wajahnya yang sedang sedih, kemudian Semar mengajaknya untuk menghibur diri dengan bernyanyi agar tidak merasa gundah.
Lakon dalam teater ini diibaratkan sebagai cermin buram negeri ini, karena adegan dalam teater ini menceritakan seorang pemimpin yang bukan mencerminkan seorang pemimpin, tetapi hanyalah badut belaka yang suka memberi lelucon. Bagi saya, banyak hal yang terdapat dalam kisah Petruk, sebab di dalam pertunjukkan ini menggambarkan kehidupan dalam sehari-hari dan memberi pandangan baru tentang masalah-masalah yang kerap terjadi di sekitar kita. Saya ingat bagaimana kisah Pemilu 2009, banyak masyarakat yang memilih pemimpin yang tepat, bukan pemimpin yang berjiwa seperti Petruk.
Saya juga ingat kisah dalam Pandawa saat Mustakaweni mengambil jimat kalimasada milik kerajaan Pandawa. Pada saat itu Mustakaweni menyamar menjadi Raden Gathutkaca dan mengambil Jimat Kalimasada. Jimat Kalimasada tersebut dititipkan kepada Petruk, kemudian Petruk memanfaatkan tuah Jimat Kalimasada. Petruk berhasil menaklukan Kerajaan Lojitengara dan ia diangkat menjadi raja dengan gelar Prabu Belgeduwebeh Tongtongsot. Saat adegan Petruk kembali kepada keluarganya, Petruk menyamar menjadi sosok Mustakaweni yang telah mengambil Jimat Kalimasada.
Romo mengatakan, dalam teater ini "adegan ini cuma rekayasa dan untuk maksud apa lakon macam ini dibuat". Saya bingung dengan apa yang dikatakan oleh Romo. Ia mungkin berpikir bahwa lakon Petruk yang menyamar menjadi Mustakaweni tidak penting untuk ditampilkan dalam teater ini. Bagi saya lakon tersebut boleh dimunculkan dalam teater. Tokoh utama yang berwatak protagonis dalam Teater Koma tidak hanya berperan sebagai tokoh protagonis saja, tetapi boleh berperan sebagai tokoh antagonis yang menyamar menjadi tokoh lain.
Setelah diberi nasihat oleh Bathara Guru, Petruk kemudian menyadari bahwa ia salah. Ia mengakui bahwa ia telah membawa Jimat Kalimasada dan ia bertanya siapa yang akan menghukumnya. Bagi Romo, Petruk tidak salah dan ia hanya peran korban. Lakon yang hanya dimanfaatkan oleh langit untuk menyadarkan manusia agar selalu menjaga perilakunya. Petruk juga tersadar bahwa gelar raja yang dimilikinya hanya semata dan tidak selamanya ia mempunyai gelar itu. Di samping itu, Romo selalu memberikan nasihat kepada Petruk, Gareng, dan Bagong. Nasihat-nasihat yang diberikan oleh Romo kemudian dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-harinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H