Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran dari Lee Kuan Yew

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tuhan, terimakasih kau kembali beri aku ilmu luar biasa hari ini. Sekali lagi aku berterimakasih Tuhan, dan aku teramat sangat bersyukur untuk segala apa yang terjadi di hidupku hari ini.

Tuhan, aku benar benar yakin, tangan-Mu dan kuasa-Mu selalu ada untuk memberi pendidikan terbaik untukku, seperti saat ini, ditengah duka negri tetangga,kudapat satu hal baru yang percaya tidak percaya terus menginspirasi dan kemudian menjadi sebuah mimpi.

Lee Kuan Yew, seorang pemimpin yang baru aku ketahui ketika ia telah tiada di muka bumi. Lee Kuan Yew seorang pemimpin bertangan dingin yang luar biasa dimata rakyatnya. Salah satu pemimpin Asia yang tangguh kemudian berhasil bukan hanya menciptakan fondasi dan sendi sendi kehidupan bangsanya, tapi juga berhasil menciptakan regenerasi masyarakat masyarakat tangguh Singapura.

Sebelumnya aku tak pernah tau sosoknya, tak pernah tau bagaimana riwayatnya, hanya saja kini aku tau, bagaimana ia begitu dicintai oleh rakyatnya hingga akhir hayatnya. Ia disanjung bahkan dihormati hingga masa masa terakhir ia hidup di dunia. Semua rakyatnya berduka ketika sang pemimping tiada.

Tuhan, kini aku belajar,

Jadilah negarawan bukan politisi, yang mencintai negri dengan sepenuh hati bukan yang mencari kekuasan dengan mengumbar cinta semu.

Jadilah seorang negarawan, bukan birokrat yang membangun negri dengan mendekatkan diri pada rakyat, mengayomi rakyat dengan hati, bukan dengan membuat sistem sulit yang justru hanya membuat rakyat kebingungan.

Tuhan, terimakasih kau beri aku sebuah pandangan baru tentang hidup

Bagaimana aku harus membangun negri ini dengan cinta bukan hanya dengan keringat apalagi dengan darah.

Bagaimana cinta pada negri tak mesti dipamrih dengan dukungan massa, melainkan cinta dengan sejuta ketulusan hingga membuka hati yang tadinya cinta semakin cinta, membuka hati yang tadinya biasa saja jadi cinta, bahkan mengetuk hati yang tadinya benci kemudian menjadi melirik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline