Lihat ke Halaman Asli

Addie DA

Mempunyai profesi sebagai ibu mandor dan tukang gambar bangunan.

Retori Ironi Cinta

Diperbarui: 2 Maret 2024   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di mana aku bisa?

Aku terus bertanya. Dimana aku bisa?

Bahagia seperti itu. Iya. Bahagia.

Ba.ha.gi.a.

Dimana aku bisa? Kalau aku tidak punya perasaan.

Tapi aku punya keinginan. Keinginan untuk punya perasaan. Seperti kau. Iya. Kau yang tahu perasaanmu. Aku iri. Tapi cuma itu perasaan yang aku punya. Iri. Aku senang, aku sedih, kata orang. Tapi aku tak merasakannya.

Cinta. Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya. Sampai kau datang. Ahh... aku benci. Ini picisan sekali. Jelek. Tak akan laku di pasaran. Tapi aku hanya ingin bilang, aku ingin punya perasaan. Seperti kau. Kau yang cinta, kau yang bebas, kau yang kesepian, kau yang tahu apa yang kau mau, kau yang punya perasaan.

Aku memang robot. Robot. Kata orang aku manusia, tapi aku tahu aku robot. Aku tak punya perasaan, tak punya keinginan, selain keinginan untuk bisa merasakan. Aku tak punya kendali, selain dikendalikan. Betapa ingin aku punya perasaan. Aku tak tahu caranya. Aku tak tahu caranya. Tunjukkan caranya, tolonglah aku. Kendalikan aku lagi. Kendalikan, sampai aku punya kendali.

Aku ingin bisa menangis. Aku ingin bisa tertawa. Tanpa ragu, tanpa beban, dengan kendaliku sendiri. Haruskah aku membeli chip pengendali, agar aku punya pengendali yang ada di otakku sendiri. Kau bilang, kalau kau mau, kau pasti bisa. Apa yang aku mau? Aku tak tahu. Kau harus pasang lagi chip kemauan di otakku. Aku terlalu terkendali, terprogram. Aku bukan komputer. Komputer pun kadang bisa menolak perintah. Aku mesin primitif. Aku tak bisa memikirkan apalah aku lebih tepatnya. Mereka bilang aku manusia. Tapi organ-organku terlalu berjalan sesuai kendali, yang bukan kendaliku. Sehingga aku tak punya perasaan, tak punya. Tak punya kemauan.

Aku diperkosa. Kau bilang aku diperkosa. Aku bahkan tak tahu. Terlalu primitif. Aku ingin sekali menjalani hidup yang aku mau. Seperti yang kaulakukan. Kau menjalani hidup yang kau mau. Kau bebas memilih. Kau diperkosa atas kemauanmu.

Penyesalan? Aku tidak menyesal. Aku terima ini semua. Aku terima dengan pasrah, dengan senyum dan air mata yang tak keluar. Aku memang harus bersyukur. Kau juga. KAU HARUS BERSYUKUR. Tapi siapalah yang bisa mengendalikanmu. Mengatakan apa yang harus kau lakukan. Kau bebas memilih. Kau. Manusia. Aku? Aku tak punya pilihan. Aku robot primitif. Ingat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline