Lihat ke Halaman Asli

Addie DA

Mempunyai profesi sebagai ibu mandor dan tukang gambar bangunan.

Saya Adalah

Diperbarui: 2 Maret 2024   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya adalah merah di selai kacang, di antara roti tawarmu. Saya adalah abu-abu di hitamnya espressomu. Saya adalah magenta di cokelatnya sepatumu. Saya tak terlihat. Saya tersamarkan.

Saya adalah mesin ketik di kolong tempat tidurmu. Saya adalah pantofel tua di rak sepatumu. Saya adalah ransel butut di lemarimu. Saya adalah poster New Kids On The Block tergulung debu di balik pintumu. Saya adalah kaset Michael Jackson di lacimu. Saya tak terlihat. Saya terlupakan.

Saya tahu kamu suka kopi kampung yang teramat pahit, yang menyisakan ampas terlampau banyak. Saya tahu kamu suka Martin Scorsese. Saya tahu kamu suka Lou Reed dan New Order. Saya tahu kamu mengagumi Mochtar Lubis dan Nurul Arifin. Saya tahu kamu mencintai keripik pasta pedas 500-an dan es krim vanilla. Saya tahu kamu suka warna merah dan senja jingga. Saya tahu kamu suka perjalanan panjang tanpa tujuan. Saya tahu kamu suka jins belel dan sepatu kanvas. Saya tahu kamu suka bermimpi bersama musik di telingamu.

Juga saya tahu kesukaanmu akan teri kacang, akan sastra dan kumpulan cerpen, akan serial Ally McBeal dan film horor, akan kucing. Akan kerlap lampu kota di malam tanpa bintang, akan sunyi kabut di malam penuh bintang. Akan menulis semua pikiranmu, akan laki-laki berambut cepak, akan berpuisi dan melukis, akan biskuit kecilnya cappuccino, akan rokok putih. Akan jatuh cinta dan dicintai. Akan lembah bercahaya dari kafe temaram di atas gunung, akan aroma setelah hujan dan bunga melati.

Saya tahu sedikit tentang kebencianmu. Jarang kamu mengungkapkan kebencianmu. Kamu seperti jarang membenci. Mungkin kamu membenci sepatu yang kotor terkena tanah becek, mungkin kamu membenci sinetron yang tak ada habisnya, mungkin kamu benci film yang disulihsuarakan. Mungkin kamu benci pikiran yang dangkal, mungkin kamu benci asap dari sampah tetangga yang dibakar di pagi hari. Mungkin kamu benci kepalsuan. Mungkin kamu benci George Bush, mungkin kamu benci Raam Punjabi. Mungkin kamu benci tahi kuda, mungkin kamu benci menunggu, mungkin kamu benci saya. Tapi yang pasti saya tahu kamu benci lamur di daging apa pun, karena kamu jijik dengan teksturnya. Selain lamur, juga kehilangan dan kesakitan.

Saya tahu kamu tahu nama saya, saya tahu kamu kenal saya. Saya tahu kamu tidak memperhatikan saya yang memperhatikanmu. Saya tetap adalah tahi lalat di balik keritingnya rambut pendekmu, tak terlihat, tersamar, terlupa.

Kamu?

Kamu adalah pendar putih kuningnya bulan purnama. Kamu adalah birunya langit pagi, kamu adalah gitar Fender Stratocaster. Kamu adalah cokelatnya meises, kamu adalah jingganya senja. Kamu adalah pemandangan kerlap cahaya kota di lembah dari kafe itu. Kamu adalah biskuit kecilnya cappuccino. Kamu adalah noda tinta hitam di kemeja putih. Kamu adalah manisnya gula jawa. Kamu adalah cinta pertama. Terlihat, terasa, tak tersamar, tak terlupa.

Kamu tidak tahu saya juga suka kopi. Saya juga suka senja dan sastra. Saya juga suka Martin Scorsese dan Mochtar Lubis. Saya juga suka jins belel dan rambut cepak. Saya juga suka perjalanan tak bertujuan dan kerlap lampu kota. Saya juga suka kucing dan mimpi. Saya juga suka menulis pikiran, dan pemandangan lembah bercahaya dari kafe temaram di atas gunung.

Kamu tidak tahu saya juga benci kehilangan dan kesakitan. Kamu tidak tahu saya tidak benci lamur, bahkan saya suka teksturnya.

Kamu tidak tahu saya suka jazz, saya suka Radiohead, saya suka mencuri lihat ke arahmu. Saya suka wanita perokok, saya mencintai ayam goreng dan kamu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline