Lihat ke Halaman Asli

Candu Cinta ( Chapter 1. Gadis bermata Abu-abu milikku )

Diperbarui: 18 Desember 2016   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Jogja...ya...Jogja...

Sepertinya Kota itu telah berhasil memantraiku malam ini. kota yang tidak bisa aku singkirkan keberadaannya. Kota yang juga tak sengaja ikut berperan memberikan sentuhan warnanya dalam hidupku.

semua kota-kota yang memberikan nuansa cerita dengan caranya sendiri...Boyolali - Solo - Jakarta - Jogja. aku terpengaruh olehnya.

Yaa...bisa saja aku tinggal dan bekerja di Jakarta. Menjadi kaum suburban yang tinggal di perumahan pinggiran. Berkantor dengan layak. Terima gaji dan tunjangan tiap bulan. Meniti karier. Membeli barang yang tidak semua mungkin aku benar-benar butuhkan. Berpakaian dengan model update terkini, bersih, wangi, metroseksual, berkarier, menikmati masa muda di ibukota, menikah, punya anak, bayar tagihan, kredit....dan bla...bla...bla...menua dan terus mati. Sejarah berakhir. Dan kita akan terlupa begitu saja. Titik. Habis perkara.

Ya...mungkin juga kuliah seni tidak serta merta menjadikanku seorang desainer yang handal dan disegani. Tak tahu perlu berapa lama dan berapa banyak proses untuk sampai ke titik itu. Yang aku yakini pasti bahwa setiap umat manusia di muka bumi ini punya peristiwa sendiri. Berperan akan sesuatu. Seleksi alam dan akan tetap terus berevolusi. Saling mempengaruhi. Dan saat ini aku berproses..berevolusi dengan caraku sendiri. Merubah genetikku untuk belajar menghadapi cerita hidup. Berguna untuk kelangsungan hidup penerusku selanjutnya. Menyebar dan mungkin mendunia.

Mungkin karena itu juga Tuhan memberikan setiap manusia alur lukisan sidik jari yang berbeda-beda. Hanya Tuhan yang Maha Tahu.

Kalaupun ada seseorang diluar sana yang sama garis takdirnya, aku pasti akan banyak bertanya padanya. Siapa tahu dia akan memberikan kunci jawaban yang benar apa yang bisa aku lakukan. Hmmm...Bisa jadi. Bisa jadi benar...bisa jadi salah. Dan Hanya Tuhan yang Maha Tahu. Hidup mati dan jodoh. Dan setiap orang punya cerita berjuangannya sendiri dalam hidup.

Apakah mungkin ada sosok yang seperti Merlin? sang penyihir bijak dan membawa tongkat. Menenangkan. Bijaksana. Dan tua. Selalu mempunyai jawaban untuk pertanyaan, selalu ada sihir di setiap ada kesulitan. Atau ada seorang Semar, sang emban yang bijak, mampu memberikan petuah mujarab. Bisa jadi ada..bisa jadi tidak ada.

Terkadang aku sempat sangat membenci mimpi. Impian selalu akan sangat penuh dengan harapan, bayangan-bayangan indah, optimis, cerah, ceria, romantisme dan selalu menyenangkan. Dan ketika disaat gagal menyeruak, kekecewaan beribu kali menghujam. Sesak. Dan tak tahu ingin berkeluh kesah kepada siapa lagi.

Berusaha hidup tanpa berkantor, berjuang dengan mimpi sendiri dan tanpa sedikitpun bayangan uang pensiunan di hari tua. Serabutan kalang kabut. Bertahan hidup. Terlalu beresiko untuk kawin muda.

Cukup lama juga yaaa..hmmm..7 tahun. dan selama itu pulalah aku menjalaninya begitu saja di kota itu..Jogja. kota yang kupilih sendiri tanpa gangguan siapa-siapa. Melakukan apapun yang aku bisa hanya untuk bertahan dan mampu mendapatkan ongkos sewa kontrakan saja sudah cukup lega. Tidak tahu nasib akan membawaku kemana lagi. Apakah garis nasib akan membuatku tumbuh besar? Ataukah nasib akan membuaiku terjebak berjalan ditempat terus berhenti dan terus mati?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline