Lihat ke Halaman Asli

AddedSport Asia

Connecting student-athletes in Asia to the world stage

Olahraga dan Pendidikan: Apakah Bisa Beriringan?

Diperbarui: 13 Januari 2020   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Olahraga dan Pendidikan: Apakah bisa beriringan?

Olahraga di hidup seorang murid di Asia seringkali diperlakukan seperti investor memperlakukan IPO baru --- pada awalnya mengasyikan, tetapi tidak bertahan lama. Walaupun ada pengecualian, analogi tersebut nyatanya terjadi pada banyak orangtua dalam menyikapi anaknya yang menekuni olahraga. Pada umumnya, anak-anak Asia diharapkan untuk mencapai prestasi di sekolah secara akademis setinggi mungkin. Tidak mengejutkan kalau orangtua sering berpikir sebelum mengijinkan anaknya untuk menjadikan olahraga sebagai prioritasnya.

Menjadi seorang student-athlete memiliki banyak keuntungan. Banyak perusahaan korporat yang lebih suka mempekerjakan kandidat yang berlatar belakang olahraga karena pada umumnya, atlet bersifat disiplin, bekerja keras, mampu bekerja sama, dan mampu menangani tekanan lebih baik daripada orang yang tidak berolahraga. Kalau kita menelusuri kembali perjalanan admisi perguruan tinggi, perbedaannya sangat jelas. Student-athlete berhasil diterima di perguruan tinggi 5-6 bulan lebih dulu daripada calon mahasiswa biasa.

Sayangnya, pengetahuan dan kesadaran akan keuntungan olahraga bagi pendidikan di Asia masih sangat rendah. Kesempatan untuk mendapatkan beasiswa melalui prestasi olahraga di hampir semua universitas di Amerika Serikat sangat tinggi. Dan kesempatan ini berlaku bagi semua atlet, tidak terbatas bagi orang berwarga negara Amerika saja. Karena akses berprestasi di olahraga sangat tinggi di Asia, sangat disarankan bagi atlet muda di Asia untuk meraih gelar sarjana melalui prestasi olahraga.

Ketika saya duduk di bangku SMA, saya masuk di program IFA (Indian Football Association) yang mempromosikan sepak bola kepada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah.

Dalam program tersebut, saya mendapatkan akses ke pelatih mereka, partner sekolah mereka dan kesempatan untuk bertanding melawan pemain terbaik di dalam negeri - dengan tujuan menjadi standar bagi seluruh sekolah di India. Namun seperti banyak program lainnya, program IFA gagal untuk menangani permasalahan terbesar - Ujian Akhir Nasional.

Pada periode ujian ini atlet-atlet kehilangan waktu 6-8 bulan latihan dan pertandingan dan penurunan fisik yang memakan waktu 4-6 bulan tambahan untuk pemulihan. Hal ini mengakibatkan masa SMA waktu yang rentan bagi atlet.

Miskonsepsi dan fakta bahwa belajar di sekolah menyita waktu banyak pelajar di Asia lah yang membuat banyak orangtua ragu akan rute student-athlete. Ironisnya, jalur termudah untuk masuk ke perguruan tinggi yaitu melalui prestasi olahraga, paling sedikit dijalani oleh siswa di Asia.

Inilah mengapa AddedSport berdiri di Asia - mendorong dan memberi kesempatan untuk para atlet di Asia agar dapat tetap menekuni olahraga dan meraih gelar sarjana di perguruan tinggi di Amerika Serikat. Sampai saat ini, belum ada negara lain yang mendukung olahraga di dalam pendidikan seperti Amerika Serikat - menyediakan kesempatan emas bagi para atlet di seluruh dunia.

Jika saya bisa mengulang waktu kembali, saya akan memilih untuk melanjutkan sepak bola, karena saya tahu kesempatan yang akan saya dapat tidak terbatas.

Untungnya bagi anda yang merupakan orang tua atlet atau seorang atlet, anda tidak perlu ragu lagi --- mulai dan bertindaklah sekarang! Ada kesempatan diluar sana yang memungkinkan anda untuk memperlakukan olahraga dan edukasi bagaikan dua sisi dalam satu koin, dan bukan dua jalur yang berbeda dimana anda harus memilih salah satu. Rajin belajar dan bekerja keras adalah mantra untuk sukses!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline