Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Kisah Dibalik Wisata Mercusuar Tanjung Kalian

Diperbarui: 7 September 2015   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Afikaa”. “Iyaa”. “Ada tebakan nih, bentuknya panjang, putih, terus atasnya runcing, apakah itu?” “Gak tau ahh, emangnya apa, jangan jorok pikirannya.” “Enggak joroklah, itu menara mercusuar, hii sensi banget.” *Intermezzo.

Siapa yang gak tau sama mercusuar, hayo ngaku? Itu loh, menara tinggi yang ada di setiap pantai yang gunanya untuk memberi isyarat atau navigasi kepada kapal laut yang sedang lewat atau ingin merapat ke pelabuhan khusus saat tertentu, seperti saat malam hari atau saat ada kabut di laut.

Singkat saja itu garis besar pengertian mercusuar versi saya, sekarang izinkan saya membagikan pengalaman cerita saya saat berkunjung ke mercusuar bersejarah yang ada di ujung Barat Pulau Bangka ini.

Namanya adalah Mercusuar Tanjung Kalian, karena memang lokasi mercusuar ini ada di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kalian harus tahu, mercusuar ini adalah saksi bisu atas tragedi pengeboman oleh Jepang terhadap kapal laut perawat Australia, selain itu, didekat situ juga, tepatnya di bibir pantai, adalah tempat pembantaian massal korban yang selamat dari pengeboman itu. [caption caption="Kapal karam yang dulunya dibom pihak Jepang"][/caption]Konon dari cerita narasumber yang ada disitu, mereka disuruh oleh tentara Jepang untuk berjalan ke arah pantai lalu ditembak secara membabi buta oleh tentara Jepang. Hingga sekarang, bangkai kapal itu masih ada dan menjadi karam, hal ini menjadi daya tarik untuk Pantai Tanjung Kalian itu sendiri. Untuk mengenang tragedi tersebut, dibangunlah sebuah monumen untuk mengenang para korban dari kapal tersebut. Monumen itu berada tak jauh dari bawah mercusuar.[caption caption="Monumen yang dibuat untuk mengenang korban atas kekejaman Jepang"]

[/caption]

Mercusuar ini dibangun pada masa kolonial Inggris, tapi masih banyak yang beranggapan bahwa mercusuar ini dibangun pada masa kolonial Belanda. Mercusuar ini dibangun untuk mengawasi kapal-kapal yang sedang melintas di Selat Bangka atau yang ingin berlabuh ke Pulau Bangka. Menara yang memiliki tinggi lebih kurang 65 meter dan anak tangga yang berjumlah 117 anak tangga, dimana sebanyak 19 anak tangga terbuat dari kayu, letaknya di bagian atas. Setiap anak tangga yang berjumlah 10, maka akan ada ruang dengan sebuah jendela yang berbentuk lingkaran sedang, dimana kita bisa melihat keluar dari menara.[caption caption="Lubang jendela dari menara untuk melihat keluar"]

[/caption] Didalam mercusuar ini ruangan antar anak tangga begitu sempit, sehingga jika ada pengunjung yang ingin naik bertemu dengan pengunjung yang akan turun maka salah satu diantara mereka harus mengalah menepi dahulu ke ruangan yang berjendela itu. [caption caption="Didalam mercusuar"]

[/caption]Bagi saya, anak tangganya lebih besar daripada anak tangga yang normal, jadi harus melangkahkan kaki cukup tinggi supaya tidak tersandung, bahaya loh kalo tersandung dan jatuh dari tangga, fatal akibatnya, jangan ditanya lagi. Konon menara ini juga merupakan tempat eksekusi gantung para tahanan Jepang, jadi jangan heran jika aura mistik disini begitu kuat. Waktu saya akan masuk ke mercusuar saja, bulu kuduk saya merinding berdiri sendiri. Tapi walaupun begitu katanya, sang penjaga mercusuar, makhluk-makhluk disitu tidak menganggu, hanya saja residu dari tragedi masa lalu yang pahit, pantas saja “Mister Tukul Jalan-Jalan” sampai pernah meliput disitu, ternyata oh ternyata penyebabnya itu loh.[caption caption="Anak tangga dari kayu yang berada diatas"]

[/caption]

Didekat pintu masuk mercusuar ada sebuah sumur yang berukuran cukup sedang, katanya menurut penjaga mercusuar juga, sering nampak wanita yang sedang duduk dipinggir sumur sambil memainkan rambutnya yang panjang. Wah kalo itu sih saya antara percaya dengan enggak juga, mana mungkin makhluk abstrak menampakkan rupa, sedangkan rupa mereka begitu buruk, makanya jangan heran kalo lihat yang begituan, ada yang teriak, nangis, takut, dan sebagainya, karena wajah mereka itu buruk, kata ibu saya itu sih, tapi kalo dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga sih wajah buruk dengan respon korban yang melihatnya, hehehe.

Walaupun sekarang sudah berumur kurang lebih 153 tahun lamanya, menara ini masih dalam kondisi sehat, hampir tak ada cacat sama sekali, walaupun sudah melewati 1 abad lamanya, hanya saja diatas, memang banyak coretan nama yang ditulis oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, walaupun begitu, tak mengurangi nilai estetiknya menjadi sebuah tempat wisata dan sangat bersejarah. Selain itu juga pekarangan halamannya juga bersih, sangat enak untuk dipandang oleh mata para pengunjung.

Oh iya, kalau mau naik ke atas mercusuar, kita harus minta izin terlebih dahulu kepada penjaganya, juga membayar sebesar Rp 5.000,00. Lumayan murah untuk menikmati pemandangan alam dari atas menara. Nantinya kita disini bisa melihat tempatnya berlabuhnya kapal jetpoil dan juga ferry dengan jurusan Tj. Kalian-Tj. Siapi-api, Pantai Tanjung Kalian, dan sebagian besar Kecamatan Tanjung. Kalau gak bayar, yah dosa, sama aja bohong, untung-untung kalau makhluk disitu gak sampai marah juga nantinya, kalo marah, yang tanggung sendiri akibatnya, no comment. Karena itu, dimanapun kita berada, senantiasalah berbuat baik dan jujur, berkata tutur yang baik juga. Karena perbuatan itu akan mempengaruhi kebiasaan seseorang.[caption caption="Kapal ferry dan jetpoil yang sedang berlabuh"]

[/caption]

So, kalau kalian main ke Pulau Bangka lewat jalur perairan, jangan lupa untuk main kesini. Dijamin gak bakalan nyesel, berwisata sambil menambah pengetahuan tentang sejarah. Ditunggu loh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline