Lihat ke Halaman Asli

Karena Ulah Erdogan, Inikah Detik-detik Bangkrutnya Turki?

Diperbarui: 22 Juli 2022   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Via Okezone NEWS

Kalian sudah dengarkan tentang bangkrutnya Sri Lanka? Sebuah negara disebelah India yang mengalami keterpurukan ekonomi dimana salah satu penyebab utamanya adalah situasi pandemi Covid-19 yang sangat membosankan untuk dibahas lagi sebab begitu banyak pembahasannya di luar sana. Memang parah sih dampaknya tuh virus. Bayangkan! Jangankan sebuah warung kelontong, negara aja bisa dibuatnya gulung tikar. Dan tentunya ada banyak variabel lain yang mendukung terjadinya suatu negara menjadi gulung tikar alias bangkrut yaitu keputusan yang dibuat pemerintah! Dan kita sama-sama mengetahui bagaimana pemerintah di negara tersebut "lari terbirit-birit" dari negaranya sendiri akibat gagal dalam membuat keputusan yang benar. Akankah hal yang sama terjadi pada Turki? Negara yang saat ini mengalami inflasi keuangan yang gila-gilaan?

Jika kita bersandar pada data  resmi, tingkat inflasi di Turki telah mencapai angka 78% dan kenaikan biaya transportasi menyentuh 225% serta kenaikan harga bahan pokok sekitar 80%. Wow! Bayangin betapa mahalnya harga bakwan dan pisang goreng di negara itu! Dan ini pun merupakan data yang dirilis secara resmi. Maka data yang sebenarnya bisa saja lebih tinggi. "lho kenapa data sebenarnya tidak bisa saja lebih rendah?" Mungkin dari pembaca ada yang bertanya begitu. Ya ngapain pula mereka mengumumkan fakta kehancuran yang lebih lebay daripada yang terjadi sebenarnya? Bukankah itu malah akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri?

Saya juga mendengar suara batin dari pembaca yang suka jalan-jalan keliling dunia tentang betapa enaknya menjadi turis asing di negara tersebut karena uang yang kalian bawa dari Indonesia akan lebih bernilai mahal. Ya tentunya itu merupakan suatu keuntungan dalam kesempitan yang sangat mantap bagi anda. Tapi bagaimana bagi para penduduk lokal disana? Mereka menjerit cuy! Entah bagaimana rasa sakit dari penderitaan mereka yang telah lama menabung, si pemilik perusahaan pengguna bahan baku yang tidak murah serta pelaku ekonomi lainnya. dimana ketika akan membeli suatu produk harganya selalu meningkat dengan cepat namun tak sebanding dengan pendapatan hasil produksi. Hmmm.... rasanya pasti pengen pindah negara deh. Tapi kenapa sih hal itu terjadi?

Seperti yang saya sebut tadi. ada banyak variabel yang menyebabkan suatu negara bisa tepar. Dan seperti biasa, penyebab utamanya adalah situasi pandemi Covid-19 lalu yang membuat daya beli menurun sebagai imbas dari pembatasan interaksi sosial. sehingga barang-barang menjadi tidak laku dan yang memproduksinya mengalami kerugian besar. hal ini membuat pemerintah harus menyuruh bank sentral mencetak uang lebih banyak agar kerugian si produsen bisa tertutupi (Read: Quantitative Easing) . Dan karena pembatasan tersebut sudah ditiadakan lebih cepat dari yang diperkirakan, maka uang-uang  tambahan yang dicetak tadi beredar luas di masyarakat sehingga nilainya melemah. Lho tapi kan negara lain yang terkena pandemi gak sekacau itu? Yap! Selain juga karena adanya konflik Rusia-ukraina dan "berkelahinya" Turki dengan negara Swedia & Finlandia serta ketergantungannya pada impor. ada satu hal fatal yang menjadikan situasi Turki ketar-ketir sekarang. yaitu Keputusan pemerintahnya. siapa lagi kalau bukan pak Recep Tayip Erdogan atau yang lebih sering dikenal dengan "Erdogan"?.

Pak Erdogan sebagai seorang presiden (bukan sebagai ahli ekonomi loh ya) dengan percaya diri mengambil keputusan berdasar pikiran pribadi untuk tidak menurunkan suku bunga acuan. Tindakannya dalam mempertahankan suku bunga acuan di level yang rendah itu mendapat kecaman dari para ekonom intelek & masyarakat luas. Karena itu bukan hal yang tepat untuk situasi Inflasi yang sedang terjadi secara gila-gilaan di suatu negara. Beliau beralasan bahwa dengan begitu maka akan banyak orang asing yang membeli barang-barang di turki dan dengan begitu perekonomian negara turki akan pulih dengan sendirinya.

Tetapi tetap saja pemikiran ini tidak disetujui oleh mereka yang lebih professional dalam bidang ekonomi. Bukankah hal ini menyebabkan produsen lokal kesulitan membayar bahan baku yang banyak tergantung pada impor? Namun alih-alih Erdogan mendengarkan nasehat mereka yang lebih kompeten seperti bank Sentral, pusat statistik & menteri keuangan, Beliau malah memecat orang-orang di lembaga tersebut  lalu diganti dengan teman atau saudara yang mau menuruti kemauannya sendiri. Tentu saja lagi-lagi langkah ini tidak benar bagi pengelolaan negara. Karena apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tinggal tunggu saja kehancurannyaperlu saya tegaskan bahwa Saya TIDAK MEMBENCI pak Erdogan. beliau punya sisi baik & buruk sebagai seorang manusia maupun pemimpin. Namun untuk soal yang satu ini kayaknya kacau deh. Ya saya harap sih Turki akan baik-baik saja di masa depan. Terima kasih dan berikan komentarmu!

Refrensi :

Inflasi Turki Capai 78,6 Persen, Rekor Tertinggi dalam 20 Puluh Tahun (kompas), Turki Tak Sudi Swedia dan FInlandia gabung NATO (CNN Indonesia), Kenaikan Harga Pangan Turki Capai 80 %  (Indonesia Today), Belajar dari Sri Lanka, Apa Penyebab Negara Bisa Bangkrut dan Gagal Bayar Utang? (Kompas), Erdogan Pecat Gubernur Bank Sentral Turki (Kompas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline