Lihat ke Halaman Asli

Adam Pergiawan

Perangkat Desa

Sindiran "Eiichiro Oda" dalam Anime "One Piece" tentang Isu Lingkungan

Diperbarui: 29 Januari 2024   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Saya termasuk satu dari sekian banyak "nakama" penggemar serial anime One Piece garapan sensei Eiichiro Oda. Anime garapan "Toei Animation" yang secara resmi rilis pada tahun 1999 ini sekilas tampak konyol dengan mengadirkan tokoh utama berupa seorang pemuda yang memiliki kekuatan memanipulasi tubuhnya seperti karet dengan obsesi besar menjadi seorang raja bajak laut membuat sebagian besar penonton yang hanya melihat enggan untuk mengikutinya lebih jauh.

Namun, siapa sangka dalam balutan cerita kocaknya Sang Mangaka Eiichiro Oda banyak sekali menyelipkan candaan satir sampai dengan sindiran terhadap isu global. Mulai dari isu perbudakan, pandemi, rasisme, perdagangan manusia sampai dengan isu lingkungan global. Hal ini mulai saya pahami setelah saya mencerna baik-baik setiap arc yang disajikan didalamnya.

Sebagai contoh, dalam arc Punk Hazard, Oda Sensei menampilkan sebuah pulau yang dulunya hijau asri lalu digunakan oleh Petinggi Dunia (Admiral dalam cerita One Piece) untuk melakukan duel yang menyebabkan pulau tersebut rusak secara permanen dengan dua musim yang mutlak yaitu sebagian berupa pulau api dan sebagian menjadi pulau es. Dalam hal ini Oda sensei ingin memperlihatkan kepada kita bahwa ada saja oknum petinggi negara dengan kekuasaannya secara semena-mena mengeksploitasi dan merusak lingkungan sekitar.

Afiliasi Anime One Piece dengan masalah lingkungan tidak terbatas hanya pada laut yang menjadi background ceritanya. Contoh lainnya adalah dalam arc Drum Island, di mana kelompok bajak laut yang tidak bertanggung jawab menyebabkan kerusakan serius pada pulau tersebut. Analoginya dapat ditemukan dalam kegiatan manusia yang merusak ekosistem darat, seperti deforestasi dan polusi tanah.

Belakangan saya juga melihat banyak sekali akademisi di Indonesia yang menggunakan serial anime ini untuk menjadi skripsi atau tugas akhirnya. Saya sendiri merasa heran mengapa mereka bisa sampai memikirkan ide tersebut, secara kalau orang awam melihat anime ini adalah serial kartun yang kocak dan konyol. Karena hal tersebut saya mulai mengerti betapa banyaknya Oda sensei menyatukan kenyataan masalah di dunia nyata dengan keindahan dunia fiksi.

Lautan di dalam dunia One Piece juga mewakili sumber daya alam yang berharga. Hal ini juga sejalan dengan keadaan di dunia nyata, di mana keberlanjutan sumber daya alam, terutama lautan, menjadi sangat penting. Overfishing, polusi laut, dan perubahan iklim global yang saat ini mengancam kelangsungan hidup ekosistem laut.

Dalam dunia nyata, upaya dunia dalam mengatasi polusi di laut juga sedang gencar diganungkan.

Hukum internasional tentang polusi laut mencakup sejumlah perjanjian dan konvensi yang dirancang untuk melindungi laut dan sumber daya laut dari dampak negatif aktivitas manusia. Beberapa aspek kunci hukum internasional terkait polusi laut meliputi:

1. Konvensi MARPOL (International Convention for the Prevention of Pollution from Ships). 

a. Mengatur polusi dari kapal, termasuk pembuangan minyak, limbah kimia, dan sampah laut. 

b. Menetapkan batasan dan standar teknis untuk mencegah dan mengendalikan polusi laut oleh kapal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline