Lihat ke Halaman Asli

Ojek Liar, Kuda Besiku

Diperbarui: 3 Maret 2017   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suzuki Address Elegant © Suzuki

Dan disinilah Aku sekarang, di parkiran sebuah bank yang tiap bulan membayarkan uang pensiun PNS. Seorang penumpangku sedang antri di dalam bank untuk mengambil uang pensiunnya. Sempat Aku lihat ke dalam tadi, sangat banyak yang antri hari ini untuk mengambil uang pensiun. Untunglah penumpangku bisa duduk, sedangkan yang lain banyak berdiri menunggu panggilan dari kasir. Tentu saja perempuan tua yang jadi penumpangku itu senang, selain mengambil uang, dia juga bertemu teman-teman seangkatannya. Mereka terlihat asyik mengobrol.

 Rasanya belum pernah ada yang bilang kalau menunggu itu menyenangkan. Baru sepuluh menit Aku di parkiran, sudah bosan rasanya. Kukeluarkan HP dan kucoba terhubung dengan dunia maya. Berita online sudah kulahap usai sarapan tadi pagi. Mungkin sebaiknya aku cek Facebook atau Twitter saja. Ahh, status si Tarmizi muncul di beranda Facebook-ku, paling atas. Tarmizi juga tukang ojek, tapi dia online. Dalam statusnya itu tampak foto screen shot layar HP-nya. Di foto itu jelas terlihat poin bonusnya dan jumlah penumpang yang didapatnya. Jujur saja kadang Aku iri dengan Tarmizi. Ketika berpapasan di jalan hampir selalu Tarmizi membawa penumpang di motornya. Kebanyakan penumpangnya masih muda-muda, sementara Aku sendiri lebih sering membawa kaum tua, bahkan kadang manula, seperti Bu Jamilah yang kuantar ke bank hari ini. Belakangan Tarmizi juga sering mengajakku bergabung menjadi 'driver ojek online'.

 ***

 Seseorang melintas di depanku ketika Aku sedang asyik menatap layar HP. Perhatianku beralih padanya, seorang bapak yang sudah berumur, tapi langkahnya masih terlihat mantap. Bapak itu sepertinya satu dari sekian banyak pensiunan yang mengambil uangnya hari ini. Bukan penampilannya saja yang menarik perhatianku, tapi juga motor yang ditungganginya. Perlahan tapi pasti bapak itu mengeluarkan sebuah Honda Astrea Prima dari barisan motor yang sedang parkir. Itu sebuah motor legendaris produksi Honda! Umur motor itu mungkin hampir sama denganku. Bapak itu sepertinya tahu Aku sedang memperhatikannya, ketika mata kami beradu pandang, bapak itu menyapaku:

 "Lagi nunggu siapa mas?"

 "Bu Jamilah pak"

 "Ooo, masih lama kayaknya, nomor antriannya 200-an"

 "Bapak nomor berapa pak?"

 "Saya 174. Saya jalan dulu ya"

 Bapak itu lalu mengengkol Astrea Prima miliknya, mesinnya terdengar khas. Bunyi mesinnya menandakan motor itu terawat cukup baik. Bodinya juga masih orisinil semua. Terkesan prima, baik motor maupun penunggangnya. Sayang, Aku tak sempat bicara lebih banyak lagi dengan bapak itu.

 Ketika Aku masih berdiri memandangi pak tua itu dan Astrea-nya, seorang wanita berseru padaku:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline