Lihat ke Halaman Asli

Kemenangan yang Tidak Dirayakan Secara "Penuh"

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14153830901193584211

[caption id="attachment_333905" align="aligncenter" width="300" caption="Konvoi bobotoh di jalan Trunojoyo, Bandung (dokumentasi pribadi)"][/caption]

Setelah selama 19 tahun menanti, akhirnya datang juga kemenangan yang sudah lama dinantikan oleh Persib. Hari ini, setelah mengalahkan Persipura melalui adu penalti, Persib resmi menjadi juara ISL di tahun 2014. Selain berkat kerja keras pelatih dan para pemain, dukungan moral yang tidak kalah pentingnya pun selalu mereka dapatkan dari para bobotoh. Ya, ini memang momen yang sangat menggembirakan bagi Persib dan para pendukungnya. Sangat wajar apabila para bobotoh Bandung, bahkan Jawa Barat, merayakan kemenangan ini. Wajar. Sayangnya, kemenangan Persib yang dinanti-nanti seolah menjadi "tidak penuh" karena ada oknum-oknum yang merayakan momen ini dengan menggunakan cara yang "salah".

Perayaan yang "salah"

Ketika salah satu tim sepakbola kalah, sudah wajar apabila kita merasa was-was akan kemungkinan terjadinya kerusuhan dari para pendukung tim tersebut. Logikanya, ketika salah satu tim menang, wajar apabila kita berpikir bahwa kemungkinan terburuknya adalah jalanan yang macet karena dipenuhi oleh konvoi para pendukung tim tersebut. Itu logikanya. Kenyataannya, saat ini saya sedang di Bandung, dan saya tetap merasa tidak aman meskipun Persib menang. Intuisi saya ini terbukti dengan apa yang baru saja saya alami. Meskipun cukup banyak bobotoh yang tersenyum dan mengacungkan jempol kepada saya ketika melewati mereka, tapi tidak sedikit juga bobotoh yang meneriaki mobil saya dengan kata-kata "kebun binatang". Bukan hanya memaki, tapi beberapa bobotoh sampai "memukul" mobil saya dengan syal atau bendera.

Untuk para bobotoh yang sudah membagikan senyuman dan mengacungkan jempolnya pada para pengemudi yang melintas, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, karena paling tidak saya menjadi tahu bahwa masih ada bobotoh yang "beradab" (faith in humanity: restored). Sebaliknya, untuk para bobotoh yang melakukan perilaku negatif seperti memaki setiap mobil berplat "B" yang lewat, bahkan "menyerang" dengan bendera atau syal, bukankah kalian ini sedang merayakan kemenangan? Bukannya "menyebarkan" kegembiraan, malah menebarkan teror dan rasa tidak aman bagi orang-orang awam di sekitar kalian.

Ya, mungkin memang rival terberat kalian para bobotoh adalah Persija dengan The Jak-nya, tapi bukan berarti semua orang Jakarta itu bagian dari The Jak. Bukankah akan lebih baik bila kalian mengelu-elukan nama Persib sampai suara kalian habis, daripada mencaci The Jak kepada orang-orang Jakarta yang sangat mungkin tidak ada hubungannya sama sekali, dan tidak peduli sama sekali dengan Persija beserta The Jak-nya. Tidak peduli, bukan karena tim dari negara kita tidak memiliki kualitas yang mumpuni, tapi karena sudah merasa ilfeel terhadap perilaku para pendukung fanatiknya.  Bukan hanya itu, tapi tidak semua orang memiliki minat yang "mendalam" terhadap sepakbola. Analoginya, apabila kalian tidak menyukai musik klasik, tapi ada orang yang memaksakan agar kalian menyukai musik klasik, rasanya akan sangat tidak menyenangkan bukan? Begitu pula dengan sepakbola.

Cara yang positif

Selanjutnya, saya berani jamin 100% kalau kalian tidak ingin nama tim kesayangan kalian tercoreng di masyarakat luas. Saya disini bukan ingin menggurui, saya hanya ingin mengajak. Mengajak kalian untuk mulai mengubah perilaku kalian. Mulai meminimalisir perilaku yang negatif, dan mulai mencoba menunjukkan perilaku yang positif, secara bertahap. Mulai dengan tidak membuat rusuh, mengurangi atau bahkan menghilangkan makian ketika kalian menang, itu sudah cukup sebagai usaha awal. Langkah selanjutnya, apabila kalian tetap menggunakan helm dan mematuhi aturan lalu lintas dasar meskipun sedang konvoi, itu akan menjadi poin positif bagi orang awam dan masyarakat umum yang melihatnya.

Perilaku kalian menggambarkan kualitas diri kalian secara pribadi, dan percaya atau tidak, sedikit banyak perilaku kalian para pendukung akan mempengaruhi image atau nama baik dari tim kesayangan kalian. Apabila kalian lebih banyak berperilaku negatif, nama tim kesayangan kalian pun akan cenderung ke arah negatif. Begitu pula apabila kalian lebih banyak berperilaku positif, maka nama tim kesayangan kalian pun akan mengarah ke arah yang positif. Bukankah kalian juga yang akan merasa bangga bila nama tim kesayangan kalian menjadi "harum" di mata masyarakat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline