LMS merupakan singkatan dari Learning Management System, atau bisa diartikan sistem manajemen pembelajaran. Istilah LMS ini mulai sering terdengar dan digunakan oleh sebagian besar lembaga, baik lembaga pendidikan dan pelatihan formal maupun non formal. Menurut Ellis (2009), LMS atau learning management system adalah suatu perangkat lunak atau software untuk keperluan administrasi, dokumentasi, laporan sebuah kegiatan, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan secara online (terhubung ke internet), e-learning, dan materi-materi pelatihan, yang semua itu dilakukan dengan online. Riyadi (2010) menjelaskan bahwa learning management system adalah perangkat lunak yang digunakan untuk membuat materi perkuliahan online berbasis web dan mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil-hasilnya. Learning management system adalah praktik e-learning yang dalam bentuk paling umum terdiri dari dua elemen yaitu server yang menjalankan fungsionalitas dasar dan antarmuka pengguna yang dioperasikan oleh instruktur, siswa, dan administrator. Adanya sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan pola belajar dari rumah (BDR) yang muncul setelah pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020, membuat kebutuhan penggunaan LMS ini menjadi semakin banyak dicari dan digunakan oleh semua orang, khususnya bagi lembaga atau instansi yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan. Pasalnya, melalui pemanfaatan LMS dirasakan dapat memfasilitasi sistem pembelajaran jarak jauh guna memantau perkembangan pembelajaran peserta didik dan peserta pelatihan, dimana pendidik atau instruktur bisa melihat perkembangan melalui sistem pembelajaran yang sudah terstruktur di LMS yang sudah dibangun.
LMS ini banyak disediakan oleh platform-platform besar seperti Google dengan google classroom nya, Moodle, dan juga SEVIMA EdLink yang merupakan LMS buatan anak bangsa. Dari ketiga platform tersebut, yang coba diterapkan dalam PJJ Daring siswa SMK adalah menggunakan LMS dari platform Moodle. Moodle atau Modular Object Oriented Dynamics Learning Environment adalah salah satu platfom populer yang digunakan oleh banyak lembaga pelatihan dan lembaga pendidikan. Platform berbasis website yang dapat diakses dengan mudah menggunakan perangkat Android dan IOS menyediakan fasilitas seperti dashboard, manajemen file, integrasi multimedia, tracking proses, umpan balik, dan ujian / assesment.
LMS ini banyak disediakan oleh platform-platform besar seperti Google dengan google classroom nya, Moodle, dan juga SEVIMA EdLink yang merupakan LMS buatan anak bangsa. Dari ketiga platform tersebut, yang coba diterapkan dalam PJJ Daring siswa SMK adalah menggunakan LMS dari platform Moodle. Moodle atau Modular Object Oriented Dynamics Learning Environment adalah salah satu platfom populer yang digunakan oleh banyak lembaga pelatihan dan lembaga pendidikan. Platform berbasis website yang dapat diakses dengan mudah menggunakan perangkat Android dan IOS menyediakan fasilitas seperti dashboard, manajemen file, integrasi multimedia, tracking proses, umpan balik, dan ujian / assesment.
Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui LMS ini, tak jarang menemui kendala-kendala teknis yang harus dihadapi, dalam artikel ini akan dibahas mengenai lembaga pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Saat penerapan LMS di SMK. Bagi sebagian besar siswa SMK, dimana muatan kejuruan sangatlah penting dan disitu berarti bahwa untuk kegiatan teori dan praktek harus bisa diakomodir dengan baik. Pada penerapannya, LMS saat ini hanya mampu memfasilitasi interaksi berupa video conference yang bisa diakses untuk kegiatan synchronus / pembahasan secara tatap muka virtual. Kedepannya, menurut penulis perlu adanya pengembangan media pembelajaran yang bisa diakses melalui LMS, khususnya Moodle untuk dapat memberikan pengalaman belajar praktik dengan adanya fitur AR maupun VR yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran jarak jauh, sehingga siswa dapat mencoba mempraktikkan teori yang sudah disampaikan dalam pembelajaran melalui LMS.
Selain tantangan tentang akses pembelajaran secara praktek yang belum terfasilitasi, jaringan internet yang harus merata di semua daerah juga menjadi salah satu kendala teknis yang sering dialami oleh siswa. Letak geografis yang heterogen dari siswa memberikan dampak adanya hambatan dalam proses integrasi pembelajaran melalui LMS. Pemberian waktu yang lebih bisa menjadi salah satu solusi untuk kendala kesulitan jaringan dalam melakukan kegiatan yang sifatnya asinkronus. Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas 12, khususnya kelas 12 Multimedia menunjukkan bahwa dari 108 siswa yang terdata di kelas tersebut, setidaknya ada 27 siswa yang kesulitan melakukan akses di LMS, 31 siswa mengalami kendala ringan dan 50 siswa lainnya tidak mengalami kendala sama sekali. Dari angket tersebut dapat diketahui bahwa ada sebagian siswa yang mengalami kesulitan sekitar 27 siswa, dan sisanya 81 siswa bisa mengakses LMS dengan baik.
Dari data tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pemanfaatan LMS untuk menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) cukup efektif, tentunya dengan peran serta dan dukungan dari administrator yang dapat mengelola kegiatan pembelajaran yang sistematis dan mudah diakses siswa. Diharapkan kedepannya, siswa akan dapat mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan LMS dengan maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H