Lihat ke Halaman Asli

Catatan Dr. Adam

Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

Rumput Laut "Kotoni", Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir Teluk Serewe dan Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB

Diperbarui: 7 Desember 2020   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Ibu Yuliana, SPi. menunjukkan komoditas kotoni dan spinosum (dokpri)

Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Kabupaten tersebut terletak di bagian timur hingga selatan pulau Lombok. Berbatasan langsung dengan kabupaten Lombok Tengah dan samudera hindia di bagian selatannya.

Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap kekayaan alamnya. Banyak komoditas laut utama yang diekspor merupakan hasil alam dari pantai selatan lombok timur. Baik dari rumput laut, lobster, kerang mutiara, kerapu dan masih banyak lagi komoditas laut lainnya. 

Salah satu komoditas yang sampai sekarang masih bertahan dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir pantai adalah rumput laut dari jenis kotoni (Eucheuma cottonii). Seperti penuturan guru SMKN 1 Keruak, Lombok Timur yaitu ibu Yuliana, SPi. mengatakan bahwa masyarakat pesisir pantai terutama di Teluk Ekas dan Teluk Serewe banyak yang membudidayakan kotoni.

Begitu berharganya komoditas ini, menarik perhatian dari peneliti muda, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI,  Dr. Moh. Awaludin Adam, MP. Observasi pun dilakukan pada Teluk Serewe dan Teluk Ekas. Tim observasi tersebut adalah Yuliana, SPi. (Guru SMKN 1 Keruak), IGN Putu Utama, SPi. (Dinas Perikanan, Pemkab Lotim) dan Dr. Moh. Awaludin Adam,  MP. (Peneliti Muda, P2O LIPI dan Tenaga Pengajar Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Ibrahimy).

Gambar 2. Observasi Peneliti Muda, P2O LIPI (dokpri)

Kotoni merupakan bahan skripsi saat menyelesaikan sarjana dulu, kemudian diteruskan dengan mengekstrak bahan aktif dari rumput laut gracilaria sebagai bahan tesis dan riset antioksidan serta kemampuan detoksifikasi dari akibat ekotoksik sebagai bahan disertasi merupakan bidang penelitian Dr. Adam. 

Gambar 3. Kotoni kering (dokpri)

Kotoni yang dijual dalam bentuk kering. Namun yang menjadi titik perhatian dari hasil observasi awal ini adalah harga kotoni yang cenderung tidak stabil. Ini yang menjadi sebab banyaknya  hasil budidaya kotoni mengalami kelesuan. Pangkas Pak Putu Utama.

 Harus ada terobosan untuk meningkatkan gairah para pelaku budidaya kotoni. Namun masih dalam tahap perencanaan ke depan, supaya nilai jual kotoni terus melambung. red.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline