Beberapa saat yang lalu, Partai Solidaritas Indonesia melakukan acara peringatan ulangtahunnya yang ke-7. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pun hadir pada acara tersebut. Pada kesempatan yang sama, Giring Ganesha telah resmi dinobatkan sebagai Ketua Umum Definitif Partai berjaket merah tersebut.
Membangun Narasi Berbalut Kebencian
Pada kesempatan tersebut Giring melakukan pidato yang videonya tersebar di berbagai platform media sosial. Dalam pidatonya, Giring menyinggung sosok pembohong yang pernah dipecat Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi yang hadir di forum itu juga ikut tertawa mendengarnya. Walaupun tidak menyebut siapa yang dimaksud olehnya, khalayak ramai paham siapa yang dimaksud. Indikasi tersebut terbangun oleh segala sepak terjang PSI dari tingkatan DPD hingga DPP yang sering melakukan kritik dan narasi kebencian kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI acap kali bersebrangan pendapat dengan Gubernur DKI Jakarta, mulai dari kritikan tanpa data hingga melakukan interpelasi dan anehnya ini selalu diangkat ke tingkat nasional. Seluruh jajaran DPP PSI ikut melakukan serangan ke Gubernur DKI Jakarta. Karena seringnya melakukan serangan membabibuta tanpa data dan fakta, seluruh Fraksi yang ada di DPRD DKI Jakarta sempat melakukan Walk Out disaat Fraksi PSI memberikan pandangannya di Gedung DPRD DKI Jakarta.
Partai Milenial yang Tidak Merepresentasi Kaum Milenial
Di Indonesia ada 2 partai yang memiliki ketua umum dari kalangan milenial yang pertama adalah PSI yang dipimpin oleh Giring dan yang kedua adalah Partai Demokrat yang dipimpin oleh AHY.
PSI selalu menggambarkan partainya adalah partai anak muda kaum milenial. Akan tetapi gerak-geriknya tidak mencerminkan kaum milenial yang cerdas, tidak banyak drama dan bertindak elegan. Sering kali PSI melakukan kegaduhan-kegaduhan tanpa data yang akhirnya membuat blunder bagi mereka sendiri. Banyak drama politik yang dilakukan yang pada akhirnya membuat antipati banyak orang.
Sebagai contoh ketika seuruh Fraksi yang ada di DPRD DKI melakukan aksi walk out ketika PSI hendak membacakan pandangannya tentang kenaikan gaji anggota DPRD. PSI dianggap plinplan dalam mengambil sikap di DPRD, yang awalnya setuju akan tetapi di akhir melakukan hal yang berbeda. Sikap plin-plan ini merupakan sikap yang sangat dibenci kaum milenial. Oleh sebab itu PSI yang mengaku sebagai Partai Milenial akan tetapi tidak merepresentasikan kaum milenial.
Membenci Untuk Menaikkan Elektabilitas
Tak bisa kita pungkiri, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan adalah tokoh nasional. Diberbagai lembaga survei, beliau masuk radar sebagai salah satu capres potensial. Oleh sebab itu, PSI berusaha mencuri-curi kesempatan untuk selalu berlawanan dengan Anies Baswedan agar dirinya juga terus diperbincangkan di kancah nasional. Sebagaimana kita tahu bahwasanya PSI adalah partai non parlemen. Di 2019 lalu PSI tidak mencapai ambang batas parlemen. Bagai parasit yang berkembang dengan menggrogoti inangnya. Upaya PSI untuk menaikkan elektabilitasnya dengan terus membangun serangan membabi buta kepada Anies Baswedan merupakan langkah yang kurang elegan.
Perlu Belajar Dari AHY dan Partai Demokrat