Lihat ke Halaman Asli

A Damanhuri

Gemar bersosial dan penikmat kopi

Cerita Indah dan Santri Hebat dari Surau Baru Padang Magek

Diperbarui: 11 Mei 2020   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surau Baru Padang Magek juga dikenal dengan Pesantren Darul 'Ulum. Di surau ini banyak santri dari berbagai daerah di Sumbar. (foto dok pesantren darul 'ulum)

Pertama datang ke Padang Magek, aku diantar Abak dan keluarga setelah tamat sekolah SD tahun 1988. Menempati Surau Tabiang, yang merupakan surau milik mendiang H. Kakan, salah seorang guru di Pondok Pesantren Darul 'Ulum, yang juga warga Ambung Kapur yang telah lama tinggal di Rambatan.

Sebagai orang yang datang dari Ambung Kapur, tentu Abak yang pernah juga mondok dulunya di Padang Magek, dan sampai tamat sekolah di Persiapan IAIN Batusangkar, Abak mengantar aku ke Surau Tabiang. Apalagi Abak dan H. Kakan yang kemudian aku panggil dengan sebutan mamak itu sama-sama santri mendiang Salim Malin Kuniang dulunya.

Yang sama berangkat ke Surau Tabiang dari kampung, adalah Syamsuar Kamal, Ali Mutamar. Kami bertiga ini sama-sama tamat SD, dan sama-sama diantarkan ke pesantren oleh orangtua. Tak beberapa hari setelah aku sampai di Surau Tabiang, datang pula warga Ambung kapur lainnya, Anwar Syam, cucu kandung oleh Mamak Kakan.

Mahyuddin, kemenakan mamak Kakan yang juga telah jadi warga Rambatan yang banyak menemani kami para santri di kala malam. Kami mengaji bersama. Sebelumnya, saat kami kelas enam SD, Apuak, begitu kami memanggil Mahyuddin, pernah pulang kampung, dan sempat lama tinggal di kampung, yakni di Surau Langkuik.

Nah, selama dia di kampung itulah, kami yang datang ke Padang Magek itu pernah ngaji matan taqrib, matan bina, matan jurumiah serta makna Quran bersama Apuak. Belakangan, karena kesibukan Apuak yang semakin tinggi, dan banyak apsen mengajar. Didatangkanlah dua orang guru tuo dari Surau Baru.

Dia mendiang Zamzami dan Ismael. Zamzami yang orang Batang Piaman Gadang, Nagari Koto Dalam ini ikut membawa dua kemenakannya, Mukhlis dan Mansurni ke Surau Tabiang. Sedangkan Ismael sendirian. Cukup lama juga kami para santri yang datang dari Ambung Kapur, Pasar Usang itu ngaji bersama dua orang guru tuo tersebut.

Tahun berjalan, Tuo Zamzami melanjutkan merantau ke Palembang, menurutkan kakaknya yang telah duluan berhasil di kampung wong kito galo itu. Sedangkan Ismael yang warga Sarang Gagak melanjutkan mengaji ke Koto Laweh, Tanah Datar, bersama Tuanku Dahlan, orang kampungnya yang malin, alumni Pesantren Madrasatul 'ulum Lubuk Pandan.

Dua teman aku yang sama berangkat dari kampung, Syamsuar Kamal dan Ali Mutamar hanya bertahan setahun. Ali Mutamar memilih jadi kernec mobil Padang Sago - Padang setelah sempat pindah ke Pesantren Luhur Surau Mato Aie, Pakandangan. Syamsuar Kamal hanya bertahan di kampung.

Aku karena terasa jauh berulang mengaji dari Surau Tabiang ke Surau Baru, setelah minta izin ke Mamak Kakan dan Apuak Mahyuddin, aku pindah tempat tinggal ke Surau Baru. Surau Baru itu mengingatkan kembali masa lalu saat aku nyantri dulu. Di surau itulah aku belajar ngaji, tahu adab sopan santun, memuliakan guru dan menghormati teman-teman yang senasib sepenanggungan. Di surau itu pula letaknya pusat sentral Pondok Pesantren Darul 'Ulum Padang Magek.

Dari 1988 hingga 1992 aku ngaji di Padang Magek bersama sejumlah kawan yang datang dari Ambung Kapur, Kabupaten Padang Pariaman. Surau Baru kala itu ada dua. Makanya, ada Surau Ateh dan ada Surau Bawah. Kedua surau itu berfungsi, ya untuk ngaji, ya sekalian asrama. Sebagai tempat mengaji, di surau itu aku dan kawan-kawan belajar berbagai disiplin ilmu agama melalui kitab kuning. Waktu ngaji pagi, siang dan malam. Ada guru yang mendampingi saban waktu, yakni dari santri senior yang biasa kami panggil dengan sebutan guru tuo, lantaran mungkin karena usia dan ilmunya lebih dalam dari kami yang santri yunior.

Guru tuo, seperti alm H. Anwar Tuanku Sutan Marajo, Iskandar Tuanku Kuniang, Tuanku M. Jalil adalah guru yang paling tahu nasib dan perasaian para anak faqih di asrama. Dan ada juga guru tuo lain. Selama di Surau Baru, aku punya kelompok bersama kawan-kawan lain, yang merupakan gabungan dari surau lain, seperti Surau Tungga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline