Lihat ke Halaman Asli

A Damanhuri

Gemar bersosial dan penikmat kopi

Mengajar Tugas Mulia, Guru Hebat karena Banyak Murid

Diperbarui: 8 Januari 2020   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Jumadil Akhir agaknya bulan yang punya sejarah tersendiri oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan. Bulan itulah kepergian sang pemimpin besar yang sekaligus pendiri dan pemilik pesantren yang terletak di Korong Kampuang Guci tersebut. 

Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah yang dipopulerkan oleh santrinya dengan sapaan Buya, lahir 1908 M dan wafat 1996 M di bulan Jumadil Akhir, bertepatan 2 November 1996.

Pesantren ini mempopulerkan peringatan HAUL-nya setiap bulan Jumadil Akhir. Jumadil Akhir 1441 H depan, tepat 23 tahun ulama itu berpulang. Sebagai ulama hebat yang jadi panutan oleh banyak orang, Buya dikenal punya banyak jargon dan kisah. 

Tak heran, dalam mengajar selalu ada jargon menarik yang terlontar dari mulutnya. Begitu pula kisah ulama dan orang hebat, banyak dia keluarkan saat mengaji dengan santrinya.

Menghabiskan masa hidupnya dengan belajar dan mengajar, membuat Buya senang ketika ada permintaan dari masyarakat terhadap santrinya untuk mengajar di surau dan pesantren. 

"Guru itu malinnya dek anak sasian," kata dia suatu ketika. Artinya, santri itu akan bertambah kepandaiannya, semangkin tinggi ilmunya bila selalu mengajar.

Semasa Buya hidup, bila ada orang yang meminta santri Madrasatul 'Ulum untuk mengajar, langsung beliau yang pergi mengantarkan. Baginya, tugas mengajar adalah pekerjaan mulia. Hanya hitungan hari Buya tidak mengajar, lantaran dirawat di rumah sakit yang sampai berakhir hidupnya. Dengan ini pula agaknya para lulusan pesantren ini mahir mengajar, pandai membaca kitab kuning yang menjadi ciri khas pesantren.

Jejak Buya yang senang mengajar itulah yang kini diikuti oleh sebagian santrinya. Sebutlah H. Ja'far Tuanku Imam yang kini mengajar dan mengasuh Ponpes Darul 'Ulum Padang Magek, Kabupaten Tanah Datar. Begitu juga H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa yang menghabiskan waktu mengajarnya sejak 1991 di Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.

dokpri

Jauh sebelum itu, Marulis Tuanku Mudo juga dianggap alumni yang mendirikan cabang Madrasatul "Ulum di Koto Buruak Lubuk Alung. Tapi sayang, pesantren ini karena sesuatu lain hal tidak lagi ada, dan kembali beralih fungsi sebagai Surau Talang, surau di tengah korong dalam nagari yang terkenal dengan panasnya itu.

Khusus Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, barangkali sepenuhnya mengadopsi induknya, Lubuk Pandan. Makanya, setiap kali melakukan acara tamat kaji atau pengangkatan tuanku, selalu dihadiri Buya Lubuk Pandan. Meskipun Surau Pekuburan, nama lain Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, dulunya juga dikenal tempat mencetak kader ulama, dengan kemasyhuran seorang ulama Tuanku Bagindo Lubuak Pua. Nama besar Lubuak Pua ini kembali digemakan lewat tangan dingin H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi, yang kini Khalifah Tuanku Bagindo bersama Zainuddin Tuanku Bagindo Basa.

Ahmad Yusuf yang alumni Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan tahun 1980 itu adalah putra asli Lubuak Pua. Adalah sebuah prestasi yang amat luar biasa, seorang ulama yang bisa maju dan berkembang di tanah kelahirannya sendiri. Kalau ada ratusan alumni pesantren, barangkali Ahmad Yusuf seorang yang bisa maju dan mengembangkan pesantren di kampungnya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline