Lihat ke Halaman Asli

Adam Aflahridho

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga NIM 23107030124

Hari Sial Tidak Ada di Kalender

Diperbarui: 24 April 2024   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokummentasi pribadi

Pengalaman pribadi saya ini bisa di bilang sebagai pengalaman yang kurang menyenangkan. Benar kata orang-orang kalau hari sial itu tidak ada di dalam kalender, apalagi kalender akademik. 

Saya bilang kurang menyenangkan karena perjalanan yang saya tempuh dengan waktu yang cukup lama dan ada beberapa hal yang mengganggu akhirnya berujung sia-sia.

Pada bulan suci Ramadhan tahun 2024 kemarin, saya dan teman saya memutuskan untuk ngabuburit dan buka puasa bersama di sebuah bukit yang cukup terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah di daerah kabupaten Bantul Yogyakarta. 

Pada saat itu saya berharap masih akan mendapatkan pemandangan sunset saat tiba di sana nanti, karena ketika saya dan teman saya berangkat dari kota Jogja, suasana nya masih cerah dan berawan.

Setelah setengah perjalanan, tiba-tiba cuaca yang sebelumnya cerah berawan dengan sinar matahari, langsung berganti dengan langit yang perlahan-lahan semakin gelap menandakan hujan akan turun, angin kencang juga mendukung cuaca yang gelap itu, mematikan harapan saya dan teman saya yang ingin menikmati pemandangan sunset dari atas bukit. 

Namun kami tetap melanjutkan perjalanan apapun yang terjadi. Hal sial pun mulai datang satu persatu, google maps yang saya jadikan sebagai kiblat pada perjalanan saya dan teman saya kali ini tiba-tiba saja mengarah ke jalan yang menanjak curam dan susah dilewati dengan motor, bagaimana tidak susah, jalan yang di arahkan oleh google maps ini masih berupa tanah kasar dan belum beraspal mulus. Mau tidak mau saya dan teman saya pun harus putar balik, butuh tenaga yang cukup untuk saya bisa memutar balikkan motor saya menuju ke bawah pada saat itu.

Saya dan teman saya akhirnya mencari alternatif lain walaupun google maps yang kami gunakan masih mengarahkan kami untuk melewati tanah kasar yang curam itu. 

Saya pun akhirnya bertanya kepada salah seorang penduduk di daerah tersebut yang mengerti arah jalan ke bukit yang saya maksud, cukup sulit untuk saya bisa memahami arah jalan yang di jelaskan oleh seorang bapak-bapak yang saya tanyakan ini, karena beliau mengarahkan kami bukan dengan arahan kanan-kiri namun dengan nama-nama arah mata angin, di tambah lagi sang bapak berbicara dengan bahasa Jawa, untung saja teman saya ini orang Jogja asli dan paham dengan apa yang di sampaikan si bapak.

Sesampainya kami tiba di bukit tersebut, kami pun merasa bingung dengan suasana yang sepi di sekitar bukit, karena ekspektasi saya tempat ini akan ramai pengunjung karena keindahan pemandangan nya. 

Saya dan teman saya pun langsung menuju ke arah gerbang wisata yang terbuka, lalu seorang penjaga loket memberi informasi kepada kami kalau tempat wisata bukit ini sebenarnya hanya buka sampai jam 3 sore selama bulan Ramadhan, tetapi sang penjaga tetap memperbolehkan kami masuk ke area wisata walaupun sebenarnya sudah tutup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline