Oleh : Syamsul Yakin dan Adam Nur Fadhilah
Dosen UIN Jakarta
Retorika telah lama dianggap sebagai seni keterampilan berkomunikasi yang memukau. Sebagai pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Syamsul Yakin, menekankan bahwa retorika sebenarnya lebih dari sekadar pengetahuan; ini adalah keterampilan yang perlu dipraktikkan. Ini karena retorika lebih ditekankan pada praktik daripada teori.
Dalam komunikasi lisan, retorika tercermin ketika seseorang mampu menyampaikan pidato yang mengesankan dengan bahasa yang menarik, intonasi yang tepat, dan teknik retorika yang memikat. Selain itu, keahlian retorika juga meliputi penggunaan humor, ice breaking, dan satire untuk menyegarkan suasana. sumber gambar : Muklisin Riadi/https://www.kajianpustaka.com
Para ahli retorika sering mengutip kata-kata bijak dari tokoh-tokoh terkenal untuk mendukung argumennya. Kemampuan ini mampu mempengaruhi perasaan pendengar, sehingga seorang motivator atau penceramah memerlukan kemahiran retorika yang memadai.
Untuk mengukur kekuatan retorika seseorang, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mentranskripsi pidato lisan menjadi teks. Begitu juga dengan retorika tulisan, yang dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menulis teks yang efektif, menarik, dan estetik.
Saat ini, retorika kerap ditemui dalam konteks politik, baik dalam wawancara maupun tulisan para politisi. Pendekatan normatif dan penggunaan retorika politik menjadi salah satu strategi yang sering digunakan untuk memengaruhi opini publik. Ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan retorika dalam berbagai aspek komunikasi manusia.
