Begadang adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas seseorang yang tetap terjaga dan tidak tidur pada waktu yang seharusnya mereka tidur.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda, tetapi sebagian besar orang dewasa membutuhkan sekitar 7-9 jam tidur setiap malam untuk menjaga kesehatan yang optimal.
Praktik begadang bisa dilakukan karena berbagai alasan, seperti tugas pekerjaan, tugas kuliah, atau bahkan hiburan semalam suntuk. Namun, kebiasaan ini dapat memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
Sobat Kompasiana apakah tahu bahwa keseringan begadang dapat terkena penyakit jantung?
Ya, Begadang secara teratur dan kurang tidur dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara begadang dan penyakit jantung meliputi :
1) Tekanan darah tinggi: Kurang tidur dapat meningkatkan tekanan darah. Saat tidur, tubuh memiliki kesempatan untuk melepaskan stres dan mengatur ulang sistem kardiovaskular. Kurang tidur mengganggu proses ini dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang berkelanjutan. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk penyakit jantung.
2) Peradangan : Kurang tidur kronis dapat memicu peradangan dalam tubuh. Inflamasi yang berkepanjangan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner.
3) Resistensi insulin: Kurang tidur dan gangguan tidur dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin meningkatkan risiko diabetes tipe 2, yang merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung.
4) Gangguan ritme sirkadian: Begadang mengacaukan ritme sirkadian alami tubuh, yang mengatur siklus tidur dan bangun. Gangguan ritme sirkadian dapat memengaruhi hormon dan mekanisme biologis yang penting untuk kesehatan kardiovaskular, termasuk regulasi tekanan darah dan fungsi pembuluh darah.
5) Stres oksidatif: Kurang tidur dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif terkait dengan kerusakan sel dan jaringan, termasuk pembuluh darah, yang dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit jantung.