Pernahkah kamu tersentuh saat mendengarkan musik? Mendalami dan tenggelam dalam sebuah lagu melalui lirik-lirik yang dirangkai secara harmoni bersama dengan berbagai alunan melodi yang mengiringinya dan seolah menciptakan sebuah latar cerita dari lagu tersebut.
Mungkin sebagian besar dari pencinta musik sudah sangat awam dengan hal tersebut. Akan tetapi, bagaimana halnya apabila itu merupakan musik klasik? Bagaimana musik dari abad ke-18 itu mampu bercerita hanya dengan alunan nada yang dinilai monoton dan memicu kantuk oleh sebagian orang itu mampu bercerita lebih dalam dibandingkan dengan musik yang didukung dengan lirik.
Menurut PschologyToday.com, pada dasarnya musik memang mampu untuk mengendalikan imajinasi para pendengarnya. Tentunya setiap pendengar akan memiliki imajinasi yang berbeda-beda. Lirik dan alunan nada instrumen yang akan membantu "mengarahkan" imajinasi pendengar sesuai dengan keinginan sang pencipta lagu.
Hal tersebut juga berlaku pada musik klasik. Walaupun sebagian besar musik klasik tidak memiliki lirik yang mempertegas lagunya, akan tetapi musik ini dapat menyampaikan ceritanya melalui susunan nada, keharmonisan berbagai instrumen dan tempo nada yang sangat detil. Sehingga mampu bermain dengan imajinasi para pendengarnya.
Ballade No. 1 in G minor, Op. 23 yang diciptakan oleh Chopin merupakan contoh yang sangat bagus untuk mendeskripsikan bagaimana sebuah musik klasik mampu bercerita kepada para pendengarnya. Berdasarkan dari keempat Ballade yang diciptakan oleh Chopin, Ballade No. 1 ini merupakan lagu yang cukup terkenal. Bahkan lagu ini juga cukup sering digunakan oleh beberapa film seperti The Pianist (2002), Crimson Peak (2015) dan bahkan anime bergenre musik dan drama yang cukup terkenal yaitu Shigatsu Wa Kimi No Uso (2014).
Direkomendasikan untuk mendengarkan Ballade No. 1 in G minor, Op. 23 sambil membaca kelanjutan dari artikel ini. Lagu dapat didengarkan secara resmi di Wikipdia pada link.
Lagu dengan durasi kurang lebih 11 menit ini terasa seperti roller coaster. Apabila digambarkan secara sederhana, dalam lagu ini menggambarkan suasana griefing to sincering. Walaupun Chopin bukan dikenal sebagai komposer sering bercerita dibalik lagunya, melalui lagu ini Chopin benar-benar mampu menggambarkan sebuah proses kesedihan manusia dengan sangat nyata.
Pada lagu tersebut, penuh dengan alunan instrumen piano solo yang menggambarkan suasana hati seseorang yang sedang mengalami kesedihan, kekecewaan dan bahkan kemarahan. Bahkan terdapat beberapa bagian yang seperti mewakili suara raungan tangis dengan emosi yang sangat pekat. Akan tetapi, pada pertengahan lagu suasana menjadi mereda, seakan mengikhlaskan dan merelakan kesedihan tersebut. Terakhir, pada outro lagu ini kembali menciptakan suasana kesedihan yang cukup tenang, tapi di situlah titik klimaks dari kesedihan tersebut.
Buat kamu yang suka atau mau mencoba mendengarkan musik klasik,selain Ballade No. 1, masih banyak lagi berbagai lagu dari Chopin yang juga direkomendasikan seperti Etude Op. 10 No 3, Nocturne Op. 9 No. 2 dan Prelude Op. 18 No. 16. Lagu-lagu tersebut juga memiliki ceritanya masing-masing dan hal tersebut tergantung bagaimana kamu sebagai pendengar mengimajinasikannya. Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H