Lihat ke Halaman Asli

Raihan Dhiwan

Mahasiswa Aktif di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Hadits dan Hubungannya Dengan Stoikisme

Diperbarui: 11 Januari 2024   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel ini diketik oleh : Dicy Fiesta, Desiana Salsabila, dan Raihan Dhiwan Two Bagja

Dosen pengampu : I. Tenny Sudjatnika, M.Ag.

Menurut Kamus Oxford, definisi Stoikisme adalah “menahan rasa sakit atau kesulitan tanpa mengeluh.” Stoikisme sendiri adalah filsafat Yunani kuno yang didirikan pada periode yang disebut Helenistik. Hellenisme sendiri merupakan suatu periode dalam sejarah Mediterania yang dimulai pada tahun 323 SM. SM (setelah kematian Alexander Agung) sampai 31 SM. 4000 SM, masa ketika Yunani mengalami kemunduran dari masa kejayaannya dan munculnya Kekaisaran Romawi.

Stoikisme adalah filsafat kuno yang mengajarkan tentang bagaimana mengendalikan emosi, menerima hal-hal yang tak bisa diubah, dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Konsep ini berkaitan dengan hadis dalam Islam yang juga mengajarkan kesabaran, penerimaan terhadap takdir, dan pengendalian diri dalam menghadapi berbagai situasi. Baik stoikisme maupun hadis menekankan pentingnya menjaga ketenangan batin, menerima ketetapan yang datang, dan bertindak dengan bijaksana dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Filsafat Stoikisme adalah aliran pemikiran filosofis kuno yang muncul di Yunani pada abad ke-3 SM. Aliran ini memiliki beberapa konsep inti yang membentuk dasar pandangannya terhadap kehidupan, etika, dan kebijaksanaan. Berikut adalah beberapa konsep kunci dalam filsafat Stoikisme:

1. Logos 

Logos adalah konsep mengenai ketabaktian dunia dan menggambarkan pada keutuhan bahwa semua sesuatu di dunia terbuat oleh logos, atau pengendalian. Stoikisme menyatakan bahwa individu harus memahami dan mengembangkan logos pada diri mereka sendiri untuk mengenali dunia dan mengembangkan kebijakan kehidupan yang seimbang.

2. Ataraxia (Ketenangan jiwa)

Ataraxia adalah keadaan jiwa yang lindung dan tidak berpengaruh pada perubahan keadaan diri. Stoikisme menyatakan bahwa individu harus memiliki ketenangan jiwa untuk menghadapi tantangan kehidupan dan mengontrol emosi mereka.
3. Apatheia (Ketidakpedulian)

Apatheia adalah keadaan yang tidak memiliki kepedulian atau tertentu dalam perilaku dan perasaan. Stoikisme menyatakan bahwa individu harus mengembangkan apatheia untuk mengurangi ketidakpedulian dan fokus pada apa yang benar-benar penting.

4. Ekpyrosis (Pembakaran semua)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline