Lihat ke Halaman Asli

Michael Aditya

Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Tentang Marah (Anger)

Diperbarui: 5 Maret 2020   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nggondhok! | dokpri

04 Maret 2020

Ada apa dengan marah? Mengapa harus marah?

Kita di sini semua bisa bilang "Saya marah", tapi tidak banyak yang bisa menyebutkan alasannya mengapa mereka marah.

Mungkin anda yang sedang membaca tulisan ini ada yang sedang marah atau habis marah, atau bahkan sudah lupa kapan terakhir kalinya marah.

Apakah Marah Perlu?

Tentu saja perlu, karena merupakan salah satu ungkapan emosi, sama halnya dengan menangis atau tertawa, semuanya perlu, untuk mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan sekarang ini, sebaiknya tidak ditahan atau represif terhadap emosi-emosi tersebut.

Marah boleh tapi bukan Amarah, sama halnya dengan sedih, boleh aja asalkan jangan jadikan kesedihan. Kemudian apa yang akan di ikuti oleh emosi marah ini? Ada penyesalan (Kalau sadar dan mau mengakuinya) kemudian disusul oleh sedih. 

Karena jika seseorang marah kemudian kita biarkan saja dan tidak ada yang menggubris, nanti kan lama-lama akan sedih karena ternyata dia marah untuk mencari perhatian atau agar diperhatikan dengan harapan ada yang memperhatikan, kalau kemudian harapan dari marah untuk memperoleh perhatian tidak ada yang memperhatikan akhirnya akan berubah menjadi penyesalan dan kesedihan.

Layaknya seorang anak kecil yang ingin marah tetapi tidak berani karena kalau marah sama orang tuanya nanti bisa "kualat" maka ungkapannya adalah "mengompol"  ini adalah salah satu upaya dari PBS (Pikiran Bawah Sadar) untuk memberontak terhadap aturan yang ada, dalam hal ini adalah aturan yang dibuat oleh orang tuanya.

Tapi kalau yang marah adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan atau berkuasa atas sesuatu? Ya marahlah dia sejadi-jadinya, seakan-akan tidak ada norma yang membatasi kemarahannya, bahkan kalau tidak digubris bisa jadi bukan menjadi penyesalan dan sedih melainkan menjadi amarah yang menjadi-jadi. 

Karena memandang object yang sedang dimarahinya ini lebih rendah darinya, sehingga yang bersangkutan memiliki kekuasaan untuk meluapkan segala kemarahan dan emosinya. Karena apa? Ya karena bisa dan memiliki kekuasaan dan hak atas itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline