Lihat ke Halaman Asli

Dek Niko, Relawan Cilik yang Berjualan Kerupuk Demi Membeli Rumah

Diperbarui: 28 Desember 2021   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pri

Panas terik tak menghalangi aksi yang dilakukan para relawan dan tim ACT Pekalongan untuk berbagi kebaikan. Awal September lalu, tim ACT Pekalongan bersama para relawan membagikan ratusan makanan gratis di depan Masjid Walisongo Kota Pekalongan. Di antara para relawan yang hadir, ada seorang anak kecil yang membantu menyiapkan dan membagikan makanan tersebut.

Anak kecil berbaju merah itu bernama Niko. Dengan tangan mungilnya, ia dengan sigap menyiapkan dan membagikan puluhan makanan gratis kepada masyarakat yang terdampak pandemi. “Biar dapat banyak pahala,” ujarnya ketika ditanya mengapa ikut dalam kegiatan ini. Maya, penggiat komunitas Kampung Berbagi yang kala itu berkolaborasi dengan ACT Pekalongan pun menuturkan bahwa Niko kerap kali membantunya menyiapkan puluhan makanan gratis setiap hari di sana.

Selain kerap membantu sesama, Niko juga dikenal sebagai seorang pekerja keras. Meski baru menginjak bangku kelas 5 sekolah dasar, ia rela berjuang menjemput rizki dengan berjualan kerupuk. Selepas sekolah dan mengaji, Niko berkeliling menjajakan krupuknya dengan mengayuh sepeda hingga maghrib tiba.

Ada harapan besar yang diinginkan Niko dengan kerja kerasnya itu. “Biar bisa beli rumah sama punya pabrik kerupuk,” tuturnya saat ditanya alasannya berjualan. Susana, sang ibunda, menuturkan bahwa Niko pernah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika keluarganya hampir diusir karena tak mampu membayar biaya sewa rumah.

Kejadian itu membuat Niko termotivasi untuk membeli rumah. Bahkan, ia memiliki kencleng sendiri untuk tabungannya membeli rumah. Selepas berjualan, ia menghitung keuntungannya dan memasukkannnya ke dalam kencleng tersebut.

Keluarga Niko sendiri harus membayar uang sebanyak 3 juta per tahunnya. Di rumah mungil tanpa kamar mandi itu, Niko tinggal bersama ibu dan ayahnya yang bekerja sebagai penjual galon dan juru kemudi. “Tidak ada yang memaksanya berjualan. Saya lebih senang Niko sekolah yang rajin,” ujar sang Ibunda.

Meski bekerja lebih keras dibandingkan dengan teman-temannya, namun semangat belajar Niko sangat besar. Ia duduk di barisan paling depan dan aktif menjawab pertanyaan guru di kelas. Orang tua dan guru-gurunya pun bangga padanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline