Lihat ke Halaman Asli

Tukang Sayur Jadi "SARJANA"

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

<!-- @page { margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } -->

Pada awal 2002, saya masuk sekolah menengah kejuruan (SMK), saat itu saya adalah seorang anak tukang sayur, sebenarnya ini bukan awal cerita, tapi sebelum menjadi tukang sayur, banyak usaha yang telah dijalani oleh kedua orang tua saya, seperti rumah makan yang lebih dikenal dengan nama warteg, hehe, konveksi, Bandar kelapa, dan semua itu berujung pada usaha sayur.

Pada awal jualan sayur tentu saja saya ikut membantu kedua orang tua saya, pertama kali saya membantu saya merasa sangat gugup, itu hal yang wajar, semua yang saya lakukan salah, menimbang salah, ngasih harga salah, ngelayanin cewe cakep gemeteran plus keringet, hahha pokoknya kacau deh, lambat laun saya mulai terbiasa dan lihai berjualan sayur cieeeee, dari jualan sayur itu saya mendapat banyak pelajaran berharga seperti: saya mengenal berbagai jenis sayuran, bagaimana cara berinteraksi dengan pelanggan, bagaimana mengatasi pelanggan yang bawel, bahkan kita bias tau pelanggan itu mau beli atau hanya bertanya, wow luar biasa semacam ilmu marketing yang tidak kita dapatkan di sekolah formal.

Niak kelas 2 SMK orang tua saya menawarkan saya untuk jualan di pasar cakung Jakarta timur, tanpa berfikir panjang saya terima tawaran itu, jadi saya jualan sayur dari jam 9 malam waktu setempat sampai jam 5 subuh, pulang ke rumah jam 6 saya berangkat sekolah pulang jam 5 sore begitu setiap harinya, sabtu dan minggu terasa agak ringan karena tidak sekolah, hehe, suatu hari di dalam kelas dimana saya belajar, terdengar bunyi “pletaak” bunyi itu terjadi karena adanya benturan antara kepala saya dengan penghapus papan tulis, ckakakka, karena saya tertidur waktu mengikuti pelajaran fisika pada saat itu, saya tertidur mungkin karena kelelahan sehabis jualan sayur. Hal ini terjadi hampir setiap hari, singkat cerita orang tua saya dipanggil ke sekolah, dan saya disuruh berhenti dari kegiatan saya berjualan sayur tersebut sangat disayangkan, padahal waktu itu omset yang saya dapatkan setiap bulannya cukup memuaskan.

Setelah lulus SMK saya bingung antara kerja dan meneruskan kuliah, kenapa saya bingung, karena pada saat itu usaha sayur orang tua saya baru berkembang dan saya ragu apakah orang tua saya akan mampu menguliahkan saya, tiba2 ibu saya berkata udah kuliah aja kalau kita niat pasti ada jalan, lalu saya mendaftar di perguruan tinggi swasta di Jakarta, dan allamdulillah mei 2010 kemarin saya telah diwisuda menjadi sarjana, dan nama belakang saya bertambah panjang menjadi…..S.Kom hahha, dan saat ini saya sudah bekerja di perusahaan swasta sebagai IT Staff, selain itu saya juga sudah mendaftar program magister di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, seiring dengan itu orang tua saya terutama bapak saya mengembangka usahanya di bidang pertanian, tepatnya di daerah sukabumi, ngga jauh2 dari sayur karena yang ditanam adalah sayur mayur, dan sudah berjalan sekitar satu tahun, dan hasilnya ya lumayan lah.

Sebenarnya saya menulis tulisan ini bertujuan untuk memberi semangat kepada teman2 dalam menggapai cita2nya, semoga tulisan ini bermanfaat wassalammualaikum WR WB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline