Lihat ke Halaman Asli

Rindu Berpintu

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Rindu telah menarikku masuk ke dalam dimensi imajinasi. Berandai-andai membunuh sepi.Tampaknya kau telah lelah berteriak dalam jarak. Otakku kini penuh dengan kata “seandainya”, “kalau” dan “jika”, seolah sedang menetang titah raja kehidupan. Semoga ada ampun untukku. Aku hanya mencoba mencari hiburan.

Rindu adalah ruang yang panjang, dan kita ada di masing-masing ujungnya. Terpisah tapi tak benar-benar terpisah. Masih berada dalam satu ruang yang sama, cinta.

Rindu itu tak bersekat, tak berpintu, juga tak berjendela. Tapi bukan berarti itu akan menjadi lebih mudah. Mau lewat mana?

Aku selalu membayangkan, rindu kita berpintu. Dengan kamu mengetuknya, aku akan tahu seberapa besar kamu merindu. Dan yang pasti, akan ada jalan untuk kembali pulang.

Jika rindu berpintu, seberapa sering kamu akan mengetuknya untukku?

Jika rinduku berpintu, aku akan menutupnya rapat. Bukan tak ingin kamu langsung membukanya, hanya saja aku tak mau orang lain yang melakukannya.

Jika rindu berpintu, pastikan yang kamu ketuk adalah pintu yang benar.

Jika rindu berpintu, mungkinkah aku akan mudah lapar? Karena berlarian berkali-kali membuakakannya untukmu butuh energi besar.

Jika rindu berpintu, mungkin juga setelah itu tidak ada lagi rindu. Hanya bertemu dan bertemu.


Jika rindu berpintu, mau apa kau?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline