Lihat ke Halaman Asli

Ikrima Rasya Aprilla

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Cegah Stunting di Desa Rangga Surya dengan Olahan Sirup Daun Katuk sebagai Booster ASI

Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, stunting adalah suatu keadaan yang mengakibatkan balita mengalami gangguan pertumbuhan. 

Efek jangka panjang yang ditimbulkan akibat stunting berupa gangguan pertumbuhan otak dan organ lain yang mengakibatkan terjadinya resiko diabetes, hipertensi dan gangguan jantung terjadi pada anak lebih besar. 

Kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, pola asuh yang tidak tepat, sanitasi yang buruk serta kurangnya gizi pada anak di seribu hari pertama menjadi pemicu terjadinya stunting.

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif menjadi salah satu cara pencegahan terjadinya stunting. ASI mengandung banyak nutrisi dan zat antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi karena mudah dicerna dan diserap yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi bayi. 

Berdasarkan rekomendasi WHO dan UNICEF, pemberian ASI eksklusif hingga berumur enam bulan merupakan hal penting dalam pencegahan stunting sejak dini. Namun, fenomena 'seret ASI' merupakan hal yang banyak dialami oleh menyusui sehingga pemberian ASI eksklusif dapat terganggu.

Menurut para ahli, sayuran berwarna hijau tua yang baik untuk melancarkan ASI. Salah satu tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk memperbanyak dan melancarkan ASI adalah daun katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr, kandungan kalori , protein, dan karbohidrat daun katuk hampir setara, bahkan kandungan zat besi daun katuk lebih unggul dari pada daun pepaya dan daun singkong. 

Penggunaan daun katuk telah banyak diteliti dengan pemakaian dibuat sayur dan dilalap, namun Mujiburrahman selaku Kepala Desa menyampaikan salah satu permasalahan yang terjadi yaitu munculnya rasa bosan yang dialami oleh ibu menyusui di Desa Rangga Surya dalam mengonsumsi daun katuk dengan olahan yang dibuat sayur.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia prevalensi stunting di Indonesia sudah berangsur-angsur turun, dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 24,4 persen pada 2022 berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia. 

Akan tetapi, di Kalimantan Selatan terdapat 5 daerah yang masuk ke dalam zona merah stunting dengan angka stunting lebih tinggi dari rata-rata provinsi, yaitu Kabupaten Tanah Laut, Balangan, Barito Kuala, Tapin, dan Banjar. 

Dari data BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), stunting di Kabupaten Barito Kuala sudah mengalami penurunan. Tahun 2020 kasus stunting 16,86 persen dan pada tahun 2022 menjadi 12,56 persen sedang target nasional 18,4 persen.

Melihat permasalahan stunting di Kabupaten Barito Kuala yang masih tinggi serta permasalahan yang dialami oleh ibu menyusui di Desa Rangga Surya, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin mengadakan kegiatan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline