Lihat ke Halaman Asli

Membeli Furniture di Singapura? Pasang dan Rangkailah Sendiri

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan berumahtangga pastinya kita takkan bisa lepas dari yang namanya perabot rumahtangga. Perabot rumahtangga dalam hal ini adalah tempat yang dipergunakan untuk menyimpan sesuatu barang-barang. Perabot rumahtangga itu biasa kita kenal dengan sebutan furniture. Nah, sudah pada tahu kan furniture itu apa...Sudah tak asing bukan ditelinga kita bila mendengar kata furniture/ barang-barang furniture. Untuk membeli barang furniture ini, di Singapura kita harus terampil lhoo...”memasangnya sendiri”, maksudnya pembeli sekaligus menjadi tukang? Begitulah....

Biasanya sih yang saya tahu, bila hendak membeli barang-barang furniture, misal lemari pakaian atau rak-rak buku, dibanyak tempat dinegara kita (Indonesia),  sebagai pembeli tinggal tunjuk-tunjuk saja barang yang kita inginkan/ ingin dibeli di toko furniture. Atau bisa juga dengan memesan  ditempat pembuatan mebel, dalam arti minta untuk dibuatkan sesuai dengan selera kita pada pak tukang yang ada dibengkel mebel. Setelah semua selesai, toko mebel atau toko penjual barang furniture akan mengantar furniture yang kita pesan/ beli. Sebagai pembeli kita hanya terima “jadi”, artinya furniture yang di beli, misal lemari pakaian, akan diantar oleh toko sampai kerumah kita, termasuk meminta tolong dimasukkan kedalam rumah dan diletakkan pada posisi yang kita inginkanpun bisa. Lemari yang diantar sudah siap pakai, datang sudah berbentuk lemari pakaian, tinggal dikemas saja pakaian didalamnya. Kita tak payah untuk merangkainya dirumah, juga tak repot untuk memasangnya, lemari pesanan datang sudah dalam bentuk utuh.

Lupakanlah semua itu, membeli barang furniture dan siap dipakai ketika sampai dirumah. Bila membeli barang-barang furniture di Singapura, kita harus siap menjadi tukang juga. Maksudnya, beli furniture, misal tempat tidur, ya kita harus harus memasangnya sendiri dirumah. Atau kita membeli rak buku, ya sampai dirumah kita sendirilah yang harus memasangnya, merangkainya, hingga jadi utuh berbentuk rak buku. Semua kita kerjakan sendiri dirumah, toko tidak bertanggungjawab atas pemasangan barang furniture yang kita beli. Kalaupun toko mau mengantarnya kerumah dengan sejumlah pembelian minimal tertentu, tetap semua barang yang dibeli kita pasang sendiri. Jadi repot ya, benar-benar harus meluangkan waktu untuk memasangnya.

Bagi yang tidak biasa pasti akan menimbulkan kesulitan atau malah memunculkan tantangan tersendiri??....Bayangkan saja, tiba-tiba saja bagi bapak-bapak yang biasa duduk manis dibelakang meja, pegangannya pena, jari-jari hanya menyentuh keyboard komputer, tiba-tiba harus melakukan pekerjaan pak tukang/ tukang garap barang furniture. Tiba-tiba harus akrab dengan palu, paku-paku, obeng, dan tak ketinggalan harus bisa membaca pentunjuk pada selembar kertas bagaimana caranya memasang bilahan papan-papan menjadi sebentuk barang furniture yang kita beli dan kita lihat contohnya ditoko furniture sebelumnya.

Beberapa waktu lalu kami membeli barang furniture kecil. Furniture itu adalah almari kecil dengan fungsi sebenarnya ialah tempat penyimpanan sepatu. Sebelumnya saya dan suami tak pernah membeli barang-barang furniture, karena tempat yang kami tinggali ini disewa lengkap bersama barang-barang  didalamnya. Karena benar-benar membutuhkan satu almari kecil, maka berangkatlah kami untuk membelinya disalah satu toko penjual furniture. Setelah pilih-memilih keputusanpun sudah dibuat. Kami memilih satu almari kecil dengan dua pintu dan memiliki satu laci besar diatas. Cari-mencari dimana barang lainnya selain yang dipajang, ternyata tersimpan rapi dalam sebuah kardus dengan berat mencapai kurang lebih 25kilo gram, tertata rapi dibawah almari display. Ini mau beli papan mentah atau mau beli almari ya??...Selamat datang didunia pertukangan....Didalam kardus rapi itu memang benar adalah papan-papan yang nantinya tinggal dirangkai sendiri sebentuk almari seperti contohnya.

Memasangnya sendiri??...Rasa-rasanya berat, suami saban hari kerja, pulang selalu larut malam, hari libur kadang masih bekerja, kapan ada waktu untuk memasang almari yang kami beli itu? Saya sendiri jelas tak mau berurusan dengan pekerjaan laki-laki itu, sama seperti suami yang tak mau berurusan dengan tanaman-tanaman. Bagaimana bila almari kecil itu minta diantarkan saja sekaligus dipasangkan??...Jawabannya adalah tidak bisa. Mereka tidak mau mengantarkan bila tidak membeli furniture senilai jumlah minimal tertentu yaitu $S200. Meski nantinyapun kami membeli furniture sebesar $S200, dan diantar kerumah, tetap untuk urusan pasang memasang furniture yang kita beli adalah urusan kita sendiri.

Membeli barang-barang perabot rumahtangga di Singapura ini memang berbeda dari yang saya tahu dinegeri sendiri. Ketika membeli ditoko furniture memang benar memilih bentuk barang yang disuka dan akan dibeli. Tapi barang yang kita lihat hanyalah display, alias hanya untuk pajangan dan hanya untuk menunjukkan pada calon pembeli bahwa bentuk barang furniturenya seperti itu. Setelah disepakati barang yang dibeli, entah itu lemari pakaian (besar/kecil), rak-rak serba guna (rak buku), atau tempat tidur, maka yang dibawa pulang adalah papan-papan yang telah dilengkapi dengan paku serta kunci untuk memasangnya.

Misalnya ketika kami membeli almari kecil yang tingginya hanya setengah dari tinggi badan saya. Pulang dari toko penjual furniture, kami membawa kardus yang tertata rapi masih bersegel. Setelah dibuka didalamnya ada dua papan untuk bagian pintu almari, papan bagian samping almari, tripleks untuk bagian belakang almari, papan untuk alas laci, papan untuk bagian pintu laci, papan-papan untuk penyekat dibagian dalam almari, paku-paku, kunci, rel untuk menggeser laci, dan segala macam hal yang digunakan untuk membuat almari itu. Tak lupa, selembar kertas kecil berwarna putih bertuliskan tentang tatacara pemasangan papan-papan itu agar terangkai menjadi sebentuk almari seutuhnya.  Semua lengkap, sudah tersedia didalam kardus. Hanya perlu menyediakan benda-benda lain yang sekiranya dibutuhkan namun tak disediakan dalam kardus itu, misal palu.

Pekerjaanpun dimulai  dengan membaca lembaran kertas petunjuk. Mencocokkan huruf-huruf yang tertera dimasing-masing papan, dengan yang ada didalam kertas petunjuk. Tujuannya untuk mengetahui mana dulu yang harus dipasang, dan dipasangkan dengan papan berhuruf apa. Setiap papan ada tempelan stikernya, bertuliskan huruf A,B, C, D dst. Setelah itu memisahkan dan mengenali hal kecil-kecil, misal jumlah paku, komponen untuk memasang rel penggeser laci, komponen gagang pintu almari, komponen untuk menyangga papan penyekat, serta komponen lainnya. Masing-masing papan yang hendak dipasang sudah terpotong-potong rapi sesuai dengan ukuran almari sejak dikemas didalam kardus, “siap rangkai”.

Beruntungnya waktu itu ada tetangga yang mau membantu suami merangkai dan memasang almari tanpa kami minta. Meski hanya almari kecil, namun untuk suami tidak biasa bila harus mengerjakan pekerjaan pak tukang seperti dibengkel mebel. Dikerjakan berdua dengan tetanggapun masih membutuhkan waktu lama untuk merangkai dan memasang almari sekecil itu, kalau tidak salah dua jam-an pekerjaan memasang almari itu selesai.

Kata tetangga yang membantu kami, memang benarlah disini (Singapura) mau beli barang furniture apa saja, ya harus pasang sendiri, toko tak mau bertanggungjawab atas pemasangan barang yang kita beli. Saya bilang, “kalau belinya almari pakaian besar atau beli rak serab guna tinggi dan besar, bagaimana, apakah toko tetap tak mau memasangnya?”. “Ya, pasang sendiri dirumah, beli macam-macam tetap pasang sendiri, toko hanya antar saja bila kita beli dengan jumlah minimal tertentu, atau kita bayar ongkos antar”, jawaban tetangga kami.

Untuk suami saya yang tak biasa membuat almari, mengerjakan pekerjaan seperti ini menjadi terasa sulit dan memusingkan meski sudah ada kertas petunjuk cara pemasangan yang benar. Namun begitu, sudah melihat tatacara pemasangan dengan baik, masih ada bilah papan yang belum terpasang pada alamari kami itu. Belum lagi nanti ketika rusak almarinya, sebelum dibawa turun kebawah untuk dibuang ditempat pembuangan, kita harus melepaskan rangkaiannya agar mudah ditenteng turun dan memudahkan petugas kebersihan untuk mengangkutnya . Dibilang susah dan repot, iya mungkin bisa dikatakan seperti itu. Tapi setidaknya suami saya jadi tahu bagaimana pak tukang mengerjakan barang-barang furniture. Siap, tidak siap, tinggal di Singapura harus selalu siap menjadi tukang untuk setiap barang furniture yang kita beli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline