Lihat ke Halaman Asli

“Ibuku Sayang, Sisiku Malang"

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sisi, Dia anak yang baik, lucu, ceria, pinter, penurut, sayang orang tua dan saudara saat masih kecil, namun keadaan dan sifatnya berbeda ketika ia beranjak remaja, dia berubah menjadi sosok remaja yang sedikit penurut tapi banyak membangkang, masih ceria tetapi lebih banyak murungnya, namun dia tetap seorang remaja yang sayang pada keluarganya.

Ada penyebab yang membuat sikap sisi berubah,Sisi yang remaja tidak begitu memperdulikan keadaan lingkungannya karena dia sendiri pun merasa butuh yang peduli padanya.Ayahnya memang cukup terpandang di desanya, dan mungkin karena itulah orang tua Sisi mendidiknya dengan cara yang dianggap keras oleh sisi. Ibunya, Yah… Ibunya mendidik dia dengan cara yang keras juga, tanpa terkecuali, secara otomatis tidak ada sandaran ketika ia butuh perlindungan ketika ia harus berlindung dari ayahnya atau ibunnya saat Sisi mempunyai kesalahan. walaupun hanya sekedar untuk mendengarkan keluhannya atau alasan mengapa dia melakukan kesalahan itu.

Seusai pulang dari sekolahannya yang begitu melelahkan, dirumahnya terasa sepi tidak seperti biasanya, setelah membereskan peralatan sekolah, dan mengganti bajunya dia langsung saja merebahkan badannya diatas yang terasa begitu pegal kasur, pikirannyapun langsung melayang kesana-kemari tanpa terarah, hingga akhirnya Sisi teringat masa kecilnya.

Sauatu hari ketika sisi pulang bermain bersama teman-temannya, dia pulang dengan baju basah kuyup karena ikut berenang di kali yang jaraknya cukup jauh dengan perumahan, namun karena dia tau dia tidak diperbolehkan main airoleh ibunya, maka ia pun rela menunggu hingga bajuyang dikenakannya kering, dan berhenti mengucurkan air di luar rumah dengan tanpa sepengetahuan ibunya, padahal di luar cuaca sedang mendung, dia tak peduli berapa lama ia harus menunggu sekalipun badannya kurus dan mungil gemetaran karena menggigil kedinginan, dalam lamunannya, mungkin teman-temannya yang lain sudah merasakan kehangatan dan kenyamanan setelah lelah bermain, tidak seperti dirinya yang masih berusaha mengeringkan bajunya agar tidak terkena omelanibunya.

Seusai bajunya terasa kering menurutnya, ia pun bergegas masuk kedalam rumah dan pergi ke kamar mandi, dan ketika buka pintu rumah sembari menundukan kepala dan berjalan dengan tergesa-gesa ..

“Sisi, darimana ???” …. seru ibunya seraya sinis

belum berhenti dari gemetarannya karena kedinginan sisi menjawab sembari pergi karena takut ketahuan bajunya basah “Mm.. main mah”

akhirnya sisi selamat walaupun dia harus rela menggigil kedinginan dan harus berdiri di luar rumah berjam-jam, tapi pengorbanannya tidak sia-sia dia selamat bisa bermain air dan basah kuyup tanpa di ketahui ibunya dan tanpa omelan.

Ibunya emang terkenal galak makanya tidak heran sisi jarang jarang banget bawa temenya main kerumahnya, bukan karena sisi yanggak mau ngajak, tapi memang teman-temannnya yang tidak mau datang, alasanya malu atau takut. sisi pun tak habis pikir dengan sikap ibunya yang begitu keras sama dia. tapi sebenarnya ibunya sangat welcome terhadap teman-temannya.tapi entah apa yang dipikirkan teman-temannya terhadap ibunya.

Hingga akhirnya dia beranjak remaja, sikap ibunya tetap tidak berubah, ibunya tetap menjadi sosok yang menakutkan baginya, dan dia merasa ibunya tidak pernah berpihak kepadanya, bahkan ketika sisi mendapat masalah dengan teman sekelasnya pun dia enggan untuk bercerita dengan orang tuanya, padahal dalam hatinya dia ingin sekali punya orang tua seperti temannya yang bisa di ajak bicara, diajak curhat atau apalah itu, dia ingin orang tuanya bukan hanya sekedar orang tua baginya, tapi juga sebagai teman dan juga sahabat yang bisa diajak curhat tentang apa saja dan kapan saja dan mereka memberikan solusinya untuk Sisi, namun kenyataannya sangat berbalik seratus delapan puluh derajat dengan apa yang diharapkan Sisi.

Ketika Sisi remaja, Ayahnya memang sedikit lebih mengerti dan memahami kedaan dirinya di banding ibunya, namun itupun bukan merupakan hal yang bagus untuk dirinya, karenan memang ayahnya jarang berada di rumah, karena kerjaannya yang menuntut dia untuk selalu pergi keluar kota, sedang dirumah dia sering berkutat dengan ibunya dan jugasatu adik laki-lakinya. Dan karena itulah lagi-lagi sisi enggan mencurahkan keluhan hatin kepada ayahnya, karena dalam pikirnya ayah sibuk kerja gak akan mungkin ada waktu untuk ngeladenin dirinya bercerita.

Tetapi ibunya, sikap yang keras dan mungkin bisa dikatakan gampang sekali naik darah semakin menjadi-jadi kenapa????

Suatu cerita ketika sisi hendak tertidur pulas siang hari, dia merasa kelelahan sepulang dari sekolah, ibunya datang dan membangunkannya dengan sura lantang dan ketusnya, mungkin dalam hidup Sisi tidak pernah mendengar suara Ibu memanggilnya dengan suara lembut. tapi Sisi tetap terkapar di atas tempat tidur yang hanya memuat untuk dua orang itu. ibunya pun tidak tinggal diam, dia langsung mengambil tangan sisi dan membangunkannya dengan paksa.
“sisi,,, Bangun tiddduuuurr aja kerjaannya, emang disekolah ellu diajarinn tidur terusss, cepetan tuh belum nyuci, masak bere-beres di dapur” ibunya naik darah.

Sikap Sisi yang remaja kini lebih santai menyikapi sikap ibunya “ Kenapa sih mah… sisi cape baru pulang sekolah ma, di sekolah banyak kegiatan juga mah”
“alaaaah… alsan kamu itu, kamu sekarang udah mulai berani melawan yah..” ibunya tak mau kalah..dan
“Plaaaak” tangan ibunya mendarat di pipi Sisi

Sisi Menundukan kepala, dalam pikirnya bergejolak “Tuhaaan,,, maafkan aku, aku sayang mamah, tapi kenapa mamah selalu bersikap seperti itu, aku tau surga di telapak kaki ibu,,, Tapi aku sudah tak tahan Tuhan,, aku sakit,, aaaakh,,, tapi aku sayang mamah”.

ketika keadaanya galau tak menentu, dia kerap kali bercerita kepada teman dekatnya tere, boleh dibilang tere lebih tau bagaimana keadaan keluargaya dibandingkan dengan teman-teman lainnya. dia juga dekat dengant ibunya Sisi, ibu sisi sering bercerita masa mudanya kepada tere, dan tere menceritakannya kepada sisi. dan lagi-lagi, yang membuat sisi heran, mengapa ibunya bisa begitu dekat dengan sisi, dan bisa menjadi teman dengan anak seusiannya sedangkan dengan anaknya sendiri dia enggan untuk hanya sekedar bercerita pengalamannya. Yang dia terapkan kepada anaknya hanyalah mendikte, tanpa mencontoh kamu harus begini, begitu, ini salah, jangan begitu, tanpa ada lampu merah sebelumnya. “pikiran sisi semakin bergejolak” sisi merasa ibunya lebih sayang kepada temannya dari pada padadirinya.

Sedangkan ayahnya mulai perhatian kepadanya, dia merasa senang, dia merasa dianggap ada di rumahnya itu, namun tak lantas menghapuskan beban yang dipikirkannya tentang ibunya. sisi tau ini sesuatu dan sikap yang tidak baik dan jauh dari pantas untuk seorang anak terhadap ibunya namun entah apa yang dia pikirkan, semuanya kacau.

Dia sering kali dilarang bermain oleh ibunya walaupun jaraknya hanya melewati satu rumah dari rumahnya, itu semakin membuat dirinya terpuruk.

mungkin ini sesuatu soal yang luar biasa untuk seusianya yang terbilang masih relatif remaja. apalagi dia tidak ada tumpuan cerita dan masalah satupun, apalagi, ini jauh dari solusi, karena dia tidak tau harus memeluk siapa ketika dia dalam keadaan terpuruk seperti itu. karena hanya dengan nagis di kamarpun itu akan menjadi suatu masalah besar. apalagi alasan nangis tersebut di sebabkan karena keadan dirumahnya.

Suatu saat ketika dia, ingin melampiaskan kekesalan dan kesedihan yang menimpa dirinya, dia menangis tersendu-sendu dikamarnya dalam tangisannya dia tetap memikirkan harus bagaimana.. hingga akhirnya ibu sisi mendengar tangisan sisi. dari sini dimulai cerita.
Ibunya langsung mendatanginya, namun bukan untuk menenangkannya, apalagi untuk memeluknya, itu harapan yang sangat jau untuk Sisi. tapi malah menambah masalah untuknya, dia bertanya “kenapa…” namun sisi tak sanggup untuk menjawab.. *namanya juga lagi nangis, sulit untuk mengungkapkan*

Sikap ibunya yang gak sabaran …. tanpa pikir panjang langsung menyeret paksa badan Sisi kekamar mandi. Sisi berusaha menahan dan melawan namun tak ada hasil….

Sesampainya dikamar mandi masih dengan omelan ibunya, sisi mendapatkan beberapa gayung guyuran air plus tendangan, dan lemparan gayung yang dipake untuk mengguyur tadi…
sisi hanya bisa menangis tersendu-sendu, tanpa melakukan apa-apa. sisi hanya berharap ibunya bisa berubah, dan lebih memahaminya… Sedangkan ayahnya mungkin tidak tau apa yang terjadi karena kerjaannya, yang menuntut dia untuk selalu berada di luar kota.

“Sisi…….. Sisi….. Sisi, yuuuk berangkat ”

Suara Tere menyadarkanSisi dari lamunannya, Tanpa disadari dia telah menghabiskan waktu dua jam dalm lamunannya dan ternyata di hari itu ada kegiatan ekstra di sekolahnya, Sisi langsung saja bergegas untuk segera pergi kesekolah kembali bersama Tere sahabatnya.
Namun dalam pikiran Sisi masih saja merasa heran dengan sikap ibunya. tapi dia tetap sayang dengan ibunya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline