Sebagai newbie di dunia pendidikan, ada yang lebih mencengangkan dari pengalaman saya selama sekolah dan kuliah sebagai peserta didik. Salah satunya adalah budaya 'segalanya butuh kertas'.
Sesederhana kebutuhan harian seperti penilaian siswa, absen, jurnal, dll. harus berbentuk fisik, tentu saja fisiknya kertas. I mean, pengalaman saya selama kuliah, kita sudah memakai absen, penilaian, pengumpulan tugas, dan administrasi dalam bentuk digital, hanya beberapa hal saja yang membutuhkan bentuk fisik.
Oke, jika itu hanya sebatas absen, penilaian, modul ajar atau rpp lah, yang beberapa lembar. Tapi sekarang coba lihat berapa banyak kertas yang dikeluarkan dalam waktu 6 bulan per-guru saja, kemudian akumulasikan dengan total jumlah guru. Jika semua kebutuhan itu dicetak dalam satu hari, bisa menghabiskan sangat banyak rim kertas untuk administrasi yang sebenarnya bisa digitalisasi.
Ini sangat tidak sinkron dengan gembar gembor era revolusi industri 4.0, 5.0, atau era digital, jika memang iya, everything need to be paperless right? kenapa masih kertas banget?
Dengan akses internet yang sudah mudah dan teknologi yang sudah tersedia, kita harus belajar beradaptasi dan beralih ke era yang sesuai.
Bukankah teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia?
Dengan dana yang 'menghilang' menjadi kertas itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan siswa atau guru lain yang lebih berguna. Pada akhirnya kertas kertas itu juga tidak akan dicek lagi. Khususnya untuk administrasi harian siswa dan guru.
Masalahnya, bukan hanya 'memakan' dana, tumpukan kertas ini sangat memakan tempat. Iya, tempat. Jika satu guru menumpuk atau katakan menata berkasnya satu semester dalam satu box file, ada berapa box file itu dalam beberapa tahun ke depan? Apakah itu masih berguna?
Box file bisa digitalisasi sebagai "folder"
Lebih mudah kan disimpan dalam bentuk folder dan kita tinggal "search" di dalam gadget kita. Beres.
Kalau bentuknya fisik? Mau tidak mau ya harus ubrek-ubrek manual.